Batasan hormon
Apakah hormon tumbuhan
itu? Sebagian besar ahli fisiologi tumbuhan menerima batasan yang mirip dengan
batasan untuk hormon pada hewan:
Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah
satu bagian tumbuhan dan dipindahakan ke bagian lain, dan pada kosentrasi yang
rendah menimbulakan suatu respons fisiologis. Respon pada organ sasaran
tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan atau
diferensiasi kadang malah terhabat oleh hormon, terutama oleh asam absisat.
Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion K+ atau Ca2+ , yang dapat juga
menimbulkan respons penting, dikatakan bukan hormon. Zat pengatur tumbuh
organik yang disintesis oleh ahli kimia organik (misalnya, 2,4-D, sejenis
auksin), atau yang disintesis organisme selain tumbuhan, juga bukan hormon.
Batasan tersebut menyatakan pula bahwa hormon harus dapat dipindahkan di dalam
tubuh tumbuhan, namun tidak dijelaskan bagaimana atau sejauh mana pemindahan
itu; tidak pula berarti bahwa hormon tidak menimbulkan respons pada sel yang
mensintesisnya. (Etilen dan zat pemasak buah lainya merupakan contoh yang baik;
hampir dapat dipastikan bahwa etilen memacu pemasakan semua sel yang
membuatnya, dan sel lainya juga). Sukrosa tidak dipandang sebagai hormon,
walaupun disintesis dan dipindahkan dalam tumbuhan, sebab zat itu menyebabkan
pertumbuhan hanya pada konsentrasi cukup tinggi. Hormon sering sudah efektif
pada kosentrasi-dalam mendekati 1µM, sedangkan gula, asam amino, asam organik,
dan beberapa metabolit lainya yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
(tidak termasuk enzim dan sebagian besar koenzim) biasanya terdapat pada
kosentrasi 1 samapai 5 µM.
Gagasan bahwa
perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh zat kimia tertentu bukanlah hal baru.
Sekitar 100 tahun yang lalu, seorang ahli botani berkebangsaan jerman, Julius
von sachs, mengemukakan bahwa pembentuk organ yang khas terdapat dalam
tumbuhan. Ia menduga bahwa salah satu bahan meyebabkan pertumbuhan batang, yang
lainya memacu pertumbuhan daun, akar, bunga atau buah. Namun zat kimia yang
khas pada suatu organ belum pernah dapat dicirikan. Karena kosentrasi hormon
yang amat rendah pada tumbuhan, maka hormon pertama yang ditemukan adalah (asam
indolasesat) baru dapat dicirikan pada tahun 1930-an; bahkan pada saat itu
hormon tersebut mula-mula dimurnikan dari air seni. Karena hormon itu dapat
meyebabkan begitu banyak respons, bila diberikan dari luar kepada tumbuhan,
maka oleh banyak orang hormon itu dianggap sebagai satu-satunya hormon
tumbuhan. Anggapan itu terbantahkan ketika berbagai efek gibrelin ditemukan
pada tahun 1950-an.
Ketika semakin banyak
hormon dapat dicirikan dan efek serta kosentrasi endogenya dikaji, dua hal yang
menjadi jelas. Yang pertama, setiap hormon mempengaruhi respons pada banyak
bagian tumbuhan. Kedua, respons itu bergantung pada spesies, bagian tumbuhan,
fase perkembanganya, konsentrasi hormon, interaksi antarhormon yang diketahui,
dan berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, terlalu gegabah bila dikatakan
bahwa efek hormon berlaku umum pada proses perkembangan suatu organ atau
jaringan tumbuhan tertentu. Jadi konsep Sachs yang mengatakan bahwa jaringan
yang berbeda akan memberikan respons yang berbeda terhadap zat kimia yang
berbeda, memang dapat diterima.
bahan bacaan dari:
Frank B Salisbury dan Cleon W Ross
Fisiologi tumbuhan: jilid 3,
bahan bacaan dari:
Frank B Salisbury dan Cleon W Ross
Fisiologi tumbuhan: jilid 3,
No Response to "Konsep Hormon dan cara kerjanya"
Post a Comment