AGROTEKNOLOGI

Fisiologi Tumbuhan

product

^_^

fisiologi | Hormon

Berbagi Ilmu

product

^_^

Detail | Add to cart

Ilmu Alam

product

^_^

Detail | Add to cart

perkebang biakan vegetatif

mencangkok adalah suatu perbanyakan vegetatif secara buatan tanpa baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman
tujuan mencangkok
1 untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat-sifat sama dengan induknya misalnya rasa buah besar ketahanan terhadap hama penyakit dan lain2.
prinsip2 mencangkok
untuk melakukan cangkokan inin kita gunakan apiabila tanaman tersebut tidak dapat diperbanyak dengan cara pembiakan tanaman lainnya:
minsalnya :dengan stek,prinsip ini juga dilakukan dengan menyahat sekililing dahan atau ranting dengan menggunakan pisau
Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang.
Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu berhati-hatilah ketika menanamnya dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
Cara mencangkok:
Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari.
Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, kemudian taruhlah pada pot. setelah terlihat baik tanamlah di tanah
Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan menguliti batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat lain.
Pengertian Stek
Dalam bidang pertanian dan bercocok tanam, kita sering mendengar istilah stek, tapi apa sebenarnya pengertian stek itu sendiri? Stek adalah salah satu cara mengembangbiakkan tanaman dengan cara tidak kawin atau istilah lainnya vegetatif.

Perkembangbiakan tanaman dengan cara stek ini dapat kita jumpai pada tanaman ketela pohon, dimana saat menanam ketela pohon yang diperlukan adalah memotong batang ketela menjadi bagian-bagian pendek, kemudian ditanam dengan jarak yang beraturan.

Perkembangbiakan tanaman dengan sistem stek dapat dibagi menjadi dua,yaitu stek batang dan stek daun.
Menyetek / Nyetek
Menyetek adalah perkembangbiak tumbuhan dengan jalan menanam batang tanaman agar tumbuh menjadi tanaman baru. Contohnya seperti singkong.

>Stek batang dilakukan dengan memotong batang tanaman induk, selanjutnya batang tersebut ditanam dalam media. Gunakan pisau tajam dalam melakukan pemotongan, jangan dipatahkan dengan tangan. Potongan batang sebaiknya berukuran antara 15 - 20 cm dan memiliki setidaknya 3 atau lebih bakal tunas cabang


Stek daun merupakan salah satu alternatif untuk melakukan perbanyakan tanaman air. Sayangnya tidak semua jenis tanaman air mempunyai kemampuan reproduksi melalui daun. Ceratopteris sp dan Hygorphila sp, merupakan jenis_jenis yang diketahui mampu bereproduksi melalui potongan daun. Stek dapat dilakukan dengan cara memotong daun tua

Dalam pertanian, perundukan adalah suatu cara perbanyakan vegetatif tanaman dengan membiarkan suatu bagian tanaman menumbuhkan akar sewaktu bagian tersebut masih tersambung dengan tanaman induk. Dalam pengertian teknis di Indonesia, perundukan di literatur bahasa Inggris dikenal sebagai ground layering. Jenis layering yang lain adalah pencangkokan atau air layering. Suatu bagian batang diturunkan ("dirundukkan") ke tanah — ataupun tanah di pot — dibenamkan hingga beberapa minggu hingga muncul akar. Perundukan biasanya dilakukan pada batang tumbuhan yang beruas-ruas. Penyayatan kulit dapat pula dilakukan apabila diperlukan (seperti pencangkokan).



D. PERSYARATAN ENTRES
- Tanaman sumber entres harus jelas identitasnya, sehat, dan subur pertumbuhannya dan -
bebas dari penyakit VSD.
- Entres berupa cabang plagiotrop, kulit cabang berwarna hijau kecoklatan.
- Tunas muda yang sedang tumbuh (flush) dipotong.
- Entres diambil pagi hari antara pukul 08.00 sampai 10.00.
- Semua tangkai daun dipotong.
- Minimal terdiri dari 2 mata.
E. TEKNIK PENGEMASAN ENTRES
Entres dikemas dalam media berikut :
- Apabila segera disambungkan, entres cukup dibungkus dengan kertas koran atau kulit
batang pisang.
- Apabila akan dikirim, entres dibungkus dengan kertas koran basah lalu dengan plastik.Apabila
jumlahnya banyak, entres diselimuti serbuk gergaji yang sebelumnya dibasahi dengan larutan
alcosorb 5 gr/liter air.Dan selanjutnya dikemas dalam karton.
F. PELAKSANAAN SAMBUNG SAMPING
Waktu Sambung Samping
Sambung Samping paling baik dilakukan pada awal musim kemarau.


Pemilihan Tangkai Pucuk/ Entres
- Tangkat pucuk/entes harus diambil dari pohon yang sudah diseleksi ketat dan yang telah di-
tetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Propinsi.
- Cabang- cabang horizontal ( plagiotrop adalah cabang yang paling ideal untuk mendapatkan
tangkai pucuk yang diinginkan. Cabang- cabang harus muda, kurang lebih berumur 3 bulan
dan warnanya hijau kecoklatan.
- Jangan lupa memeriksa tangkai pucuk bebas dari VSD (Vascular Streak Dieback).
- Pilih cabang yang berdiameter 0,75- 1,50 cm atau yang berumur 2-3 bulan.
- Buang daun- daun yang ada dicabang dengan menggunakan gunting pangkas dan potong
cabangnya dengan potongan kurang lebih 10 cm yang disebut tangkai pucuk atau entres.
- Setiap bagian tangkai pucuk/entres harus memiliki 2-3 mata tunas.
Persiapan Batang Utama
Tahapan Pelaksanaan

A. Batang Bawah
Batang bawah/pokok dalam kondisi sehat,dan sedang berdaun muda (flushing)
Batang bawah yang telah dipilih, sebaiknya pada permukaan yang relatif rata, dengan ketinggian 40-60 cm dari permukaan tanah, selanjutnya kulit batang disayat secara horizontal dengan panjang 4-6 cm sampai menyentuh lapisan kayu/kambium. Selanjutnya diatas sayatan horizon tal disayat/dikerat secara hati- hati sampai membentuk cekungan hingga bertemu pada ujung dari sayatan horizontal, sehingga membentuk cekungan.
Buatlah 2 sayatan vertikal,pada bagian kulit bawah cekungan. Pada bagian tengah selebar 1,5 cm dan panjangnya 5 cm sampai menyentuh lapisan kayu/kambium. Selanjutnya kulit keratan diungkit sedikit untuk memastikan/mengetahui apakah batang tersebut mudah terkelupas.
Sebaiknya sambung samping dilakukan pada dua sisi batang pohon kakao.
B. Batang Atas (Entres)
- Entres dengan diameter 0,75- 1,5 cm dan dipotong-potong dengan panjang 10 cm dan terdapat
2-3 mata tunas.
- Ujung entres yang telah dipilih (bagian cembung), diiris/disayat sampai runcing menyerupai
mata bajing dengan panjang sayatan 2-3 cm.
C. Pelaksanaan, Penutupan Entres dan Pengikatan
- Bukalah lidah kulit batang yang telah diiris pada bagian bawah dengan hati- hati.
- Batang bawah yang telah dibuka dan dicek serta entres yang telah diiris untuk disatukan.
ingat ! lidah/kulit dibuka bersamaan dengan saat penyisipan entres.
- Entres perlahan- lahan disisipkan pada batang pokok. Sisi sayatan yang berbentuk bajing diletakkan menghadap kebatang pokok kemudian lidah kulit batang ditutup kembali.Buatlah 2
sambungan pada setiap pohonnya.
- Sambunga diikat kuat dengan tali rafiah pada titik pertautan sambungan dan ikatannya harus
kuat agar sambungan tidak mudah goyah.
- Entres ditutup dengan plastik transpaaran yang telah disiapkan, kemudian diikat kuat dengan
tali rafiah agar hujan tidak mudah masuk keluka sayatan, serta tarik ujung plastik kearah dada
agar air hujan tidak masuk kesambungan.
Catatan :
Yang perlu diperhatikan adalah pada saat pengikatan hendaknya dilakukan secara hati-hati
agar entres tidak bergeser atau berpindah keatas dan usahakan agar ujung entres bagian atas jangan tertekan oleh tali pengikat atau plastik penutup.
1. Mencangkok
Teknik mencangkok ini telah umum digunakan oleh masyarakat. Tetapi dalam kegiatan pencangkokkan ini terdapat beberapa kelemahan antara lain ; praktikan atau pencangkok harus memiliki keahlian dalam pencangkokan ini, kegiatan pencangkokkan padapohon yang telah tinggi sukar dilakukan karena untuk mencangkok harus lebih dahulu memanjat. Selain itu karena kegiatan pencangkokkan ini menggunakan cabag tanaman yang nantinya dipotong, maka terlalu boros dalam pengguanaan bahan tanam (batang yang untuk dicangkok).
Untuk cangkokkan umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar.

Langkah atau urutan kegiatan dalam perbanyakan tanaman dengan cara pencangkokkan antara lain :
1) memilih batang yang akan di cangkok.
2) Membuat guratan pada kulit yag akan dicangkok.
3) Mengupas kulit sepanjang 5-7 cm.
4) Mengikis bagian kambium kuli yang telah dikupas.
5) Mengolesi bagian atas batang yang telah dikikis dengan Rootone F untuk memperceot pertumbuhan (jika ada).
6) Kulit kupasan dibungkus dengan media tanam (tanah, gambut atau luut).
7) Membalut media tanam yang dibuat tadi dengan plastik, sabut kelapa atau karung goni.
Mengikat pada ujung-ujung balutan.
9) Menyiram cangkokkan secara teratur.

2. Menyambung
Tanaman yang sukar di cangkok atau diokulasi maka dapat juga dilakukan perkembangbiakan secara vegetatif dengan cara dengan melakukan penyambungan. Dengan penyambungan diharapkan akan dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut :
- Jika batang atas berasal dari klon yang produksinya tinggi disambuung dengan batang bawah yang memiliki resistensi terhadap nematoda atau sifat lain yang baik, maka terdapat kemungkinan bahwa tanaman sambungan itu akan memiliki sifat-sifat baik tersebut.
- Suatu klon yang sangat susah sekali berakar terkadang masih dapat diusahakan penanamannya denga cara menyambung.
- Dengan cara penyambungan, tanaman mempunyai batang bawah yang mempunyai akar tunggang yang lebih tegap tumbuhnya dan tidak mudah riboh karena angin.

Salah satu teknik menyambung yang dapat disampaikan dalam laporan ini adalah sambung celah. Adapun teknik-teknik dalam kegiatan sambung celah itu sebagai berikut :
1) batang bawah dipotong mendatar dengan gunting atau pisau yang tajam. Daunnya disisakan satuata dua pasang kemudian pada luka potongan batang dibuat celah ditengah-tengah sepanjang 3-4 cm dengan pisau sambung.
2) Entres dipilih dari ruas ke dua dan dipotong per ruas + 7 cm. Daun dan cabang dikupir labih kurang 1,5 cm dari sumbu entres. Kemudian pangkan entres diruncingkan sebelah kanan dan kirinya sepanjang 3-4 cm.
3) Entres kemudian dimasukkan sedalam celah pada batang bawah, kemudian diikat dengan tali rafia.
4) Untuk menjaga kelengesan pada sambungan sambungan sungkup sengan kantong plastik.
5) Untuk menjaga kelengesan tanah, sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan penyiraman.
6) Setelah selang 30 – 35 hari dapat diketahui berhasil atau tidaknya penyambungan tersebut yaitu melihat ada tidaknya tunas yang tumbuh pada batang atas. Bila tunas sudah kelihatan tumbuh maka sungkup plastik harus dibuka.

3. Okulasi
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.

2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung yang berwarna hijau.

3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale bud.
Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.

Teknik Mengokulasi :
1) Membuat Jendela Okulasi
Ukuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran jendela (¾ – 1) cm x (3 – 4) cm.
Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka kebawah atau juga sebaliknya.
Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan.
Setelah ditoreh akan keluar lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum jendela dibuka.

2) Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan mudah dikupas.
Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat.
Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada kulit.
Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran.
Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke jendela okulasi.

3) Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi.
Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi.
Pembalutan dimulai dari torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.


4) Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut.
Okulasi yang gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk memudahkan okulasi janda.
Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.

BUDIDAYA JAGUNG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
Kemasaman tanah yang cocok bagi tanamn jagung adalah 5,5 – 7,0 . tanah dengan kemiringan tidaktidak lebih dari 8% masih dapat ditambah arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang mungkin terjadi saat hujan besar (anonim,2011)
Faktor iklim yang terpenting bagi tanaman jagung adalah jumlah dan pembagian sinar mataharu dan curah hujan,temperatur,kelembabab dan angin . Penyinaran yang cukup ,jangan terlidungi pepohonan adalah tempat pertanamanyang dikehendaki oleh jagung . Temperatur optimum yang dibutuhkan adalah 23- 27 drajat celcius.Umumnya temperatur kurang menjadi masalah bagi daerah-daerah sentra jagung di indonesia ,namun curah hujan dan kelembabannya yang masih menjadi kendala ,baik dalam kondisi kekurangan maupun kelebihan.Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan amar penting,khusunya saat menjelang berbunga dan pengisian biji (anonim 2011).

B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan mempraktekan cara bercocok tanaman jagung
2. Mempraktekan budidaya jagung mengunkan pupuk organik dan anorganik
3. Mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik dan anorganik,terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
4. Mengenal lebih jauh tentang tanaman jagung ,baik dari habitus ,morfologis,maupun perilaku tanaman di lapangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Samadi dan Cahyono (1996), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim (annual).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Praktikum Agroteknologi Serealia dan Umbi acara pembuatan Emping Garut dilaksanakan pada hari Rabu 7 Juni 2011 pukul 08.00 WIB, di Laboratorium Agronomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan
1. Tanaman Jagung
2. Gunting
3. Kantung Penutup Bunga Jantan
4. Kantung Penutup Bunga Betina
5. Klip / Isolasi
6. Label ( Kertas yang tidak gampang rusak dan tinta yang tidak gampang luntur )

C. Cara Kerja
Perlakuan : penggunaan macam pupuk , terdiri atas :
1. pupuk organik
2. pupuk anorganik
3.
Dosis pupuk per hektar :
N : setara 120 kg N
P : setara 45 kg P2O5
K : setara 25 kg K2O
Rincian perlakuan di lapangan sebagai berikut :
Macam pupuk yang digunakan = P , terdiri atas :
P1 = pupuk Urea , pupuk TSP, dan pupuk KCl
P 2 = pupuk organik setara dosis N, pupuk TSP, dan Pupuk KCl
P 3 = kombinasi pupuk Urea setara 60 kg N / ha dan pupuk organik setara 60 kg N / ha, pupuk TSP, dan pupuk KCl
Dosis pupuk seperti tersebut di atas.

PELAKSANAAN BUDIDAYA TANAMAN
1. Pengolahan tanah
Tanah diolah sampai tanah menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas air. Pembuatan saluran air dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung.
2. Tanam dan jarak tanam
Varietas yang berbeda umurnya umumnya memiliki optimum populasi yang berbeda. Jarak tanam 50x40 cm.Benih ditanam 2 – 3 biji per lubang, pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan .Kedalaman tanam biji kira-kira 3 – 5 cm, Penyulaman dilakukan dengan sistem puteran asal bibit yang disulamkan berumur tidak lebih dari 2 minggu.

3. Pemupukan
Pupuk diberikan dengan cara ditugal sedalam ± 10 cm , pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk diberikan dengan cara larikan yang dibuat di sebelah kiri kanan barisan tanaman. Pupuk N diberikan 2 kali, yaitu sepertiga bagian pada saat tanam bersamaan dengan seluruh pupuk P dan K; kemudian dua pertiganya diberikan saat tanaman berumur 1 (satu) bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman.
4. Penyiangan dan pembumbunan
Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida , dapat juga penyiangan dilakukan dengan tangan ( hand weeding ). Penyiangan pertama saat tanaman berumur 15 hari, dengan hati-hati agar jangan sampai merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus bersamaan dengan pembumbunan dan pemupukan kedua. Pembumbunan berguna untuk memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan bilamana diperlukan.
5. Pengendalian OPT
Pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman dapat berupa pencegahan atau pemberantasan. Namun upaya pencegahan jauh lebih baik. Selain itu, kegiatan pengendalian ini juga memperhatikan keadaan yang terjadi saat pertanaman berlangsung.
6. Pemungutan hasil
Pada tanaman jagung sudah cukup masak untuk dipanen pada 7 – 8 minggu setelah berbunga. Kriteria pemanenan di kebun biasanya dengan cara menekan kulit biji dengan kuku ibu jari. Bila sudah tidak membekas berarti jagung sudah dapat dipanen. Pada kondisi ini diperkirakan kadar air biji 25 – 35%. Penen sebaiknya dilakukan bila tidak hujan, sehingga segera dapat dilakukan pengeringan/penjemuran. Pengeringan dengan cara mengupas tongkol lalu jemur sampai kering. Seteleh kering baru dilakukan pemipilan, kemudian biji-biji dijemur sampai mencapai kadar air kurang lebih 12%.
7. Penyimpanan hasil
Jagung pipilan yang telah kering disimpan dalam tempat yang bersih dan kering. Penyimpanan dalam karung sebaiknya diletakkan di atas balok-balok kayu sebagai alas agar tidak langsung bersentuhan dengan lantai gudang. Kadar air biji dipertahankan agar tidak lebih dari 14%. Kadar air biji yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dalam karung meningkat dan biji cepat rusak serta mudah terserang hama bubuk (Calandra oryzae L.). Usaha mempertahankan kadar air biji ini dapat dilakukan dengan cara menjemur ulang sewaktu-waktu.

VARIABEL YANG DIAMATI
1. Variabel pertumbuhan, meliputi :
• Tinggi tanaman (cm) pada umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam
• Tinggi tongkol ( cm ) pada 8 minggu setelah tanam
• Saat muncul bunga jantan pertama kali (hari setelah tanam)
• Saat 50% populasi berbunga betina ( hari setelah tanam)
• Bobot segar dan bobot kering tanaman (gram) , dilakukan saat tercapai pertumbuhan vegetatif maksimal/menjelang pembungaan

2. Variabel hasil , meliputi :
 Jumlah tongkol jadi per tanaman
 Bobot tongkol kering ( gram )
 Panjang dan diameter tongkol ( cm )
 Jumlah baris biji per tongkol
 Bobot biji kering per tongkol ( gram )
 Bobot biji per petak hasil ( kilogram )
 Bobot 100 biji (gram )

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan tinggi jagung minggu terakhir

Sampel Perlakuan
Anorganik (I) 1 Organik (II) 1 Kombinasi (III)
1 Organik (IV)
2 Kombinasi (V)
2 Anorganik (VI)
2
1 170 194 172 189 196 162
2 156 181 219 192 178 185
3 145 152 235 215 149 157
4 131 210 198 212 171 164
5 155 167 235 170,3 162 159,5
∑ 757 904 1059 978,3 856 827,5
∏ 151,4 180,8 211,8 195,66 171,2 165,5

Tinggi tongkol jagung minggu terakhir

Sampel Perlakuan
Anorganik (I) 1 Organik (II) 1 Kombinasi (III) 1 Organik (IV) 2 Kombinasi (V) 2 Anorganik (VI) 2
1 62,5 86 70 70 87 88
2 62 80 66 81 74 76
3 73 66 76 75 48 58
4 49 105 78 74 75 49
5 63 68 82 62 71 70
∑ 309,5 405 372 362 355 341
∏ 61,9 81 74,4 72,4 71 68,2





Hasil analisis
Perlakuan Ulangan ∑
I II
P₁ 151,4 165,5 316,9
P₂ 180,8 195,76 376,56
P₃ 211,8 171,2 383
∑ 544 532,46 1076,46


Tabel Annova
Su db Jk KT Fhitung Ftabel
Perlakuan 2 1328,333 664,1665 1,31091 19
Ulangan 1 22,19527 22,19527 0,043808 18,51
Eror 2 1013,291 506,6455
Total 5 2363,819










DAFTAR PUSTAKA
Dahlan M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.

UMBI SEREALIA

EMPING GARUT

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Garut (Marantha arundinacea) merupakan pangan lokal yang potensial untuk dikembangan sebagai usaha agribisnis. Tanaman garut merupakan jenis tanaman yang toleran terhadap lingkungan, misalnya tumbuh baik di lahan yang ternaungi. Garut selain sebagai sumber karbohidrat, juga sebagai tanaman biofarmaka karena kandungan indeks glisemik yang rendah, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita diabetes/penyakit kencing manis.
Umbi tanaman garut adalah sumber karbohidrat yang memiliki kandungan indeks glisemik rendah dibanding jenis umbi-umbian yang lain, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk penderita diabetes atau penyakit kencing manis. Tanaman garut dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Indonesia, dapat tumbuh dengan baik pada lahan ternaungi sehingga gampang dibudidayakan dan dipelihara. Budidaya secara intensif dapat menghasilkan rata-rata 21 ton umbi /ha. Harga umbi basah Rp1.500 – Rp2.000/kg. agaknya cukup potensial untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Umbi garut cocok untuk pengembangan agribisnis pedesaan.
Garut merupakan tanaman multifungsi, antara lain penghasil pati dan bahan baku industri emping garut, yang diketahui sebagai makanan sehat. Limbah pengolahan umbi garut berupa kulit dan ampas dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Umbi garut merupakan penghasil pati yang potensial dengan hasil pati berkisar antara 1,92−2,56 t/ha (Djaafar et al. 2004 cit Sinwin 2005). Pati garut dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu (Djaafar dan Rahayu 2002 cit Sinwin 2005) hingga 50−100%. Oleh karena itu, pati garut berpotensi menurunkan impor terigu yang telah mencapai 4,10 juta t/tahun dengan nilai Rp3,40 triliun (Gusmaini et al. 2003).
Dalam rangka optimalisasi lahan dan pemeberdayaan petani, pengembangan komoditas garut menjadi program utama. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut, maka dengan sentuhan teknologi sederhana garut diolah menjadi emping garut sebagai alternatif makanan sehat, sehingga menjadi produk makanan yang digemari oleh konsumen dan menjadi makanan alternatif pengganti emping melinjo yang saat ini mulai menurun dengan alasan kesehatan


TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman garut diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberles
Famili : Marantaceae
Genus : Maranta
Species : Maranta arundinaceae L.
(anonim,2011a)
Seperti halnya dengan tanaman-tanaman lain yang tergabung dengan ordo ini maka bentuk tanaman ini adalah herba yang berumpun, tingginya 1-1,5 m, dengan perakaran dangkal dari rhizoma menjurus ke arah dalam tanah. Mula-mula rhizoma ini berupa cabang yang merayap dan lama kelamaan secara bertahap akan membengkak dan menjadi suatu organ yang berdaging dengan bentuk silinder. Rhizoma atau sering juga disebut dengan umbi ini berwarna putih atau coklat muda. Panjang rhizoma 20 – 45 cm, sedang diameternya 2 – 5 cm. Daun tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10 – 15 dan lebarnya 3 – 10 cm. Pelepah daun berbaris dua, bersisi tidak sama dan memeluk batang. Ujung tangkai daun melebar, jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya sejajar.
Bunga garut kecil-kecil terletak pada pangkal ujung dan panjangnya 2 cm dengan kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna putih. Pada bunga ini hanya terdapat satu benangsari yang fertil dengan kepalasari beruang satu. Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanya terdapat satu bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuh milimeter. Tanaman garut mempunyai 2 kultivar yang penting, di Sint Vincent kultivar tersebut dinamakan Creole dan Banana. Dua kultivar tersebut dapat di bedakan berdasarkan perbedaan sifatnya. Ciri dan sifat dari cultivar tersebut adalah sebagai berikut :
Creole Rhizomanya kurus panjang, menjalar luas dan menebus ke dalam tanah. Bila kultivar ini tumbuh di daerah yang kurang subur mempunyai kecenderungan menjadi umbi yang kurus dan tidak berguna. Dan ini sering disebut akar cerutu atau cigar root. Kultivar ini setelah dipanen mempunyai daya tahan selama tujuh hari sebelum dilakukan pengolahan. Saat ini tanaman garut kultivar creole telah tersebar luas di areal petani.
Banana, kultivar ini umumnya menjadi ciri atau sifat yang berlainan dengan creole. Rhizomanya lebih pendek dan gemuk, tumbuh dengan tandan terbuka pada permukaan tanah. Umbinya terdapat dekat dengan permukaan tanah, maka lebih mudah dipanen. Cara pemanenan dengan alat mekanik pun dapat dilakukan dengan aman. Keuntungan lain dari kultivar ini adalah kecenderungan untuk menjadi akara cerutu sangat kecil sekali, hasil panen lebih tinggi dan kandungan seratnya lebih sedikit, sehingga lebih mudah diolah bila dibandingkan dengan creole. Tapi kejelekan dari kultivar ini adalah kualitas umbi setelah pemanenan cepat sekali mengalami kemerosotan hingga harus segera diolah paling lama dalam tempo 48 jam setelah panen.
Kedua Rhizoma atau umbi tersebut mempunyai kesamaan diantaranya sama-sama berwarna putih. Kultivar lain ditemukan di Dominica dengan umbi berwarna merah.


MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat
Praktikum Agroteknologi Serealia dan Umbi acara pembuatan Emping Garut dilaksanakan pada hari Rabu 7 Juni 2011 pukul 08.00 WIB, di Laboratorium Agronomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Alat dan Bahan
Alat Yang Digunakan
Bak
Pisau
Plastic
Geprekan
Timbangan


Bahan Yang Digunakan
Umbi garut
Bawang putih
Garam

Cara Kerja
Ditimbang garut, kemudian dikupas.
Ditimbang lagi berat bersih garut setelah di kupas
Ditimbang bawang putih dan garam, kemudian dihaluskan
Disiapkan panic untuk merebus garut dan ditambahkan bumbu yang sudah dihaluskan.
Diangkat dan didinginkan, setelah itu dipotong kira-kira 1 cm
Dipipihkan dengan geprekan pada plastic yang telah disiapkan.
Dijemur dibawah sinar matahari sampai kering.
Ditimbang hasil keringnya
Digoreng dan dikemas, setiap kemasan berisi 75 g.



HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Bahan baku (Garut) : 11,7 kg
Bahan baku (Garut setelah dikupas) : 9,8
5 kelompok : 2 kg
1 kelompok : 1,7 kg


Hasil setelah garut dibuat emping

Kelompok Emping mentah Emping goreng
1 411 398
2 445 369,5
3 528 518,8
4 511,3 504
5 521,3 499
6 483 479
Rata-rata 483,2666667 461,3833333


1 kelompok dapat menghasilkan 6 bungkus emping matang.
Kemasan : @ Rp. 3000,00
Netto : 75 gr







Analisa

Bahan baku (Garut) Rp 2.500,00 / kg
Plastik penjemur Rp 8.000,00/ m
Minyak goreng Rp 19.000/ kg

Alat menggunakan peralatan yang sudah tersedia ( kompor, dandang, alat penggorengan, alat pemipih,pisau)

Bahan baku (Garut)11,7 kg×Rp 2500,00 Rp 29.250,00
Plastik penjemur 2 m×Rp 8.000.00 Rp 16.000,00
Minyak goreng 1 l ×Rp 19.000,00 Rp 19.000,00
Total = Rp 64.250,00

Hasil penjualan @ Rp 3000,00
Penjualan 6 bungkus×Rp 3.000,00 Rp 18.000,00
Keseluruhan jual 6 kelompok × Rp 18.000,00 Rp 108.000,00

Keuntungan Rp 108.000,00 –Rp 64.250.00 Rp 43.750,00











PEMBAHASAN

Emping merupakan salah satu bentuk olahan umbi garut. Emping garut mentah berwarna putih kekuningan dan terlihat jelas serat umbinya. Dari hasil praktikum, terlihat bahwa terdapat perbedaan bentuk emping garut apbila kita telitiudalam memipihkannya maka pada tengahnya akan terlihat porosnya. Keseragaman bentuk dalam pembuatan emping garut ini akan membantu pada pengemasannya nanti. Dalam proses perebusan tidak boleh terlalu matang karena akan mempengaruhi pada saat pemipihan. Perebusan yang terlalu cepat juga akan mempersulit pemipihan Sebelum dipipihkan umbi garut dipotong-potong pada umbi yang besar tipis sedangkan pada umbi yang kecil potongannya agak tebal.
Pemipihan emping garut diusahakan tipis agar mempercepat dalam penjemuran. Penjemuran dilakukan dibawah sinar matahari dan diusahakan sampai kering, apabila belum kering disimpan maka akan berjamur. Pada pembuatan emping garut ini bahan baku yang digunakan yaitu sebanyak 2Kg umbi garut. setelah menjadi emping berat keringnya yaitu 483g hasil emping goreng yaitu 479g. setelah kering kemudian emping garut digoreng dan dijual.
Pada saat menggoreng emping garut minyak harus sudah benar-benar panas agar emping mengembang. Pada saat menggoreng harus dibolak-balik agar matangnay merata, jika warna sudah kecoklatan segera diangkat. Setelah penggorengan dilakukan pengemasan kemudia dipasarkan. Setelah dilakukan penggorengan, dilakukan pengemasan dengan menggunakan plastik. beratnya 75 gr, harga Rp 3000,00. Dan dari hasil penjualan tersebut kai memperoleh keuntungan sebesar Rp 43.750,00.

KESIMPULAN

Dari bahan mentah 2kg menghasilkan 483g emping
Emping yang sudah digoreng 479 g
Pemipihan emping yang bagus pada tengahnya terlihat poros pas pada tengah.
Pemipihan yang rata akan menghasilkan emping yang bulatnya seragam


PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomea batatas) termasuk dalam famili Cavalvuloceae. Varietas ubi jalar sangat beragam. Dua kelompok ubi jalar yang umum dibudidayakan adalah jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi keras (padat), kering dan berwarna putih; dan jenis ubi jalar dengan daging umbi lunak, kadar air tinggi dan warnanya kuning – oranye (Anonim, 2003). Karbohidrat merupakan kandungan utama dari ubi jalar. Selain itu, ubi jalar juga mengandung vitamin, mineral, fitokimia (antioksidan) dan serat (pektin, selulosa, hemiselulosa). Kadar pati di dalam ubi jalar ubi jalar segar sekitar 20% (Santosa et al, 1997). Pati ubi jalar berbentuk bulat sampai oval, dengan diameter 3 – 40 µm dengan kandungan amilosa sekitar 15 – 25% (Moorthy, 2004). Penelitian Syamsir dan Honestin (2007) menunjukkan bahwa tepung ubi jalar dari varietas sukuh yang dibuat dengan pengeringan sinar matahari memiliki suhu gelatinisasi yang tinggi (80.3°C), viskositas puncak tinggi (540 BU), dengan breakdown dan set back yang tinggi (berturut-turut 75 BU dan 165 BU). Menurut Moorthy (2004), pasta pati ubi jalar terbentuk pada kisaran suhu 66.0 – 84.6°C, dengan viskositas puncak sekitar 480 BU, volume pengembangan pati
Tepung ubi jalar adalah tepung pati yang diperoleh dari proses ekstra pati secara basah terhadap umbi ubi jalar. Pembuatan tepung ubi jalar sama dengan pembuatan tapioka.Umbi diparut, ditambah air untuk ekstraksi pati., kemudian disaring untuk memisahkan serat, diendapkan untuk mendapatkan pasta pati, dikeringkan dan terakhir, digiling untuk menghaluskan pati menjadi tepung ubi jalar.
nilai jual komoditas ini akan menurun, karena supply akan lebih besar daripada demand. Untuk itu perlu dilakukan terobosan agar nilai jual komoitas ini tetap stabil sepanjang tahun.
Sampai saat ini pemanfaatan ubi jalar masih terbatas sebagai bahan pangan yang dikonsumsi secara langsung, Melalui diversifikasi produk menjadi produk olahan pangan seperti kue basah, kue kering, keripik dan lain-lain, pemasaran ubi jalar dapat sedikit diperluas. Akan tetapi, potensi ubi jalar dapat lebih dikembangkan lagi apabila produk ini dapat diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku bagi industri lain. Produk-produk ini lebih memiliki nilai ekonomis karena dapat memiliki umur simpan yang relative lebih baik dari ubijalar segar atau produk olahan pangan. Selain itu juga dapat memiliki pangsa pasar yang jauh lebih besar karena dapat diperdagangkan antar propinsi bahkan sebagai komoditas ekspor. Akan tetapi untuk dapat mengolah ubijalar menjadi produk-produk ini diperlukan teknologi pengolahan dan alat pengolah yang tepat.
Beberapa industri di daerah sentra penghasil ubijalar telah mulai mengolah ubi jalar menjadi tepung. Tepung ubijalar dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku bagi pembuatan kue kering, kue basah, mi, bahan aditif dan lain-lain. Pembuatan tepung ubijalar ini sangat prospektif, mengingat tepung ubijalar dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung terigu yang masih merupakan produk impor.

1.2 tujuan
-Membuat pati ubi jalar menjadi produk olahan yang mempunyai nilai jual lebih.
-Mahasiswa mampu mengolah pati ubi jalar menjadi berbagai macam produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi
-Pada kelompok kami pegolahan pati ubi jalar di buat produk kastangels.








TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POTENSI BAHAN BAKU

Sampai saat ini jumlah produksi tanaman ubi jalar cukup tinggi dan belum termanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2007 produksi ubijalar Indonesia mencapai 1.875.416 ton dengan luas panen sebesar 176.066 hektar (Angka Sementara BPS) yang menempatkan Indonesia di urutan ke-4 dari negara-negara penghasil ubi jalar dunia. Dari segi budidaya, tanaman Ubi jalar sangat potensial untuk lebih dikembangkan secara nasional mengingat iklim dan kondisi Indonesia sangat mendukung. Ubi jalar tumbuh dengan baik di iklim tropis. Ubi jalar dapat diusahakan pada berbagai jenis tanah dengan hasil terbaik bila dibudidayakan pada lahan persawahan. Beberapa varietas unggul seperti Cilembu, Sari, Cangkuang dan lain-lain yang memiliki produktivitas antara 15-30 ton/hektar sudah banyak dikenal petani Indonesia.
Ubi jalar juga sangat cocok digunakan sebagai bahan baku agroindustri tepung, mengingat: (1) Tanaman ubi jalar berumur pendek, jangka waktu penanaman sampai panen kurang lebih hanya memakan waktu 4-5 bulan; (2) Jumlah produksi per hektar relatif tinggi (15 – 30 ton/hektar); (3) Belum terlalu banyak dimanfaatkan untuk industri;dan (4) Harga produksi relative rendah yang akan berimplikasi pada harga jual produk rendah tetapi tetap menguntungkan petani.
teknologi pengolahan ubijalar juga dapat diakses oleh calon pengguna teknologi. Lembaga-lembaga yang telah memiliki teknologi pengolahan ubijalar antara lain : Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB, Bogor; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Balitbang-Deptan, Bogor; dan masih banyak lagi lembaga-lembaga lainnya.


1.3. Alat dan Bahan
Alat: 1.pisau
2.parut keju
3.oven
4.timbangan
5.dll

Bahan: 1.Pati ubi jalar
2.mentega
3.margarine
4.keju parut
5.kuning telur 4 butir

1.4. Cara kerja
1.Mentega ,margarine dan kuning telur di kocok hingga lembut
2.Masukan pati dan keju,lalu diaduk dengan garpu hingga merata
3.Buat cetakan berbentuk bulat panjang sekitar 5cm kemudian bagian atasdiolesi kocokan telur dan diberi keju
4.Letakan cetakan-cetakan kastangels pada Loyang yang telah diolesi margarine ,kemudian dipanggang dalam oven pada suhu 160* selama 20 menit.
5.Jadilah kue kastangels ubi jalar yang beratnya menjadi 350gr. (112buah)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil praktikum terlampir.

4.2 Pembahasan
Pada pembuatan produk dari pati ubi jalar menjadi castangels
Dibutuhkan pati sebnyak 210gr,margarine 105gr, mentega 105gr, keju parut 120gr,
Dan 4buah kuning terlur.
Sebelum pati diolah ,pati ubi jalar di tumbuk agar benar-benar halus lalu
Di saring agar didapatkan pati ubi yang halus


Setelah halus pati ubi di sangria terlebih dahulu agar bener-benar kering dan pati dalam keadaan yang baik.


Setelah pati siap, maka siapkan telur sebanyak 4butir,margarine105gr,mentega105gr,

Setelah semua bahan siap ,maka campurkan ke3 bahan tersbut hingga rata dan tercampur.







Setelah adonan siap Buat cetakan berbentuk bulat panjang sekitar 5cm kemudian bagian atasdiolesi kocokan telur dan diberi keju .


.Letakan cetakan-cetakan kastangels pada Loyang yang telah diolesi margarine ,kemudian dipanggang dalam oven pada suhu 160* selama 20 menit.



kue kastangels ubi jalar yang beratnya menjadi 350gr. (112buah)



4.3 Pembahasan

Dalam praktikum yang kami lakukan, kami mengolah produk ubi kayu yang berupa pati ubi kayu menjadi produk roti yang diharapkan memiliki nilai jual ekonomis yang lebih. Karena Ubi kayu merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi lingkungan yang luas, sehingga ubi kayu dapat tumbuh di semua propinsi di Indonesia. Di dalam negeri menurut data Biro Pusat Statistik 65% ubi kayu digunakan untuk konsumsi langsung dan 35% digunakan untuk bahan baku industri pangan. Namun sampai saat ini pemanfaatan ubi kayu di Indonesia masih sangat terbatas. Pemanfaatan ubi kayu sebagian besar diolah mejadi produk setengah jadi berupa pati (tapioka), tepung ubi kayu, gaplek dan chips. Kandungan pati dari ubi kayu yang tinggi merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih bernilai tinggi. Untuk pengembangan produk – produk ubi kayu seperti (cookies, nastar, kastengel) maupun kue basah (kue lapis, brownish, spongy, cake)
Dalam praktikum kami membuat kue kastangels dari pati ubi jalar, yaitu dengan cara seperti yang telah dipaparkan di dalam hasil dan foto, dari bahan pati 210 gr, dapt menjadi produk olhan 4kotak kceil , yang diual dengan harga Rp.4000,per pak kecil , tapi sekali lagi karena produk yang kami buat kurang begitu bagus dan rasa nya kata beberapa orang,terlalau asin ,mungkin ini karena pengaruh pemberian margarine yang terlalau banyak karena jujur saja metega,diganti dengan margarine, tapi alhamdulilah masih juga ada yang mau beli, mungkin permbahasanya sampai disini saja.

KRITISI TEH KITA

BAB I
PENDAHULUAN

       1.1 Latar Belakang

    Tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684. Daerah Asal dan Penyebaran
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 25° — 35° Lintang Utara dan 95° — 105° Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara 29° Lintang Utara dan 98° Bujur Timur. Daerah ini berada pada wilayah miring berbentuk kipas, terletak di antara pegunungan-pegunungan Naga, Manipuri, dan Lushai di sepanjang perbatasan Assam-Burma di ujung barat, membentang melalui wilayah Cina sampai propinsi Chekiang di ujung timur, dan ke arah selatan melalui pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, terus ke Vietnam.

    Orang Cina sejak 2737 tahun sebelum Masehi telah menggunakan teh sebagai minuman, tetapi di Jepang, teh barn pertama kali ditanam tahun 800 Masehi. Kebiasaan menggunakan teh dalam upacara-upacara tradisional di kedua negara ini masih dilaksanakan hingga saat ini. Pada abad ke-6 Masehi, orang-orang Cina telah memperdagangkan teh dengan Turki, tetapi komoditi ini barn masuk ke Eropa pada awal abad ke-17. Sejarah masuk dan menyebarnya komoditi teh berlangsung sebagai berikut. Tahun 1610, pedagang-pedagang Belanda mengambil komoditi teh dari Cina bagian selatan. Tahun 1660, orang Inggris, terutama penduduk kota London, mulai mengenal minuman teh. Sejak orang Belanda membawa masuk teh ke Eropa, dengan cepat penduduk benua ini menyukai minuman teh tersebut. Tahun 1773, penduduk benua Amerika mulai pula mengenal teh. Kemudian dengan pesat komoditi ini menjadi bahan perdagangan yang penting, terutama di wilayah Amerika bagian utara. Di Afrika, penanaman teh dimulai tahun 1850 dan di Rusia, tahun 1913.

    Tanaman teh secara komersial ditanam di beberapa negara yang beriklim panas dan lembap atau bermusim panas yang lembap, dengan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan kering yang membentang mulai dari Georgia (bekas Uni Soviet) pada 43° Lintang Utara sampai ke Corrientes pada 27° Lintang Selatan di Argentina.

       Perkembangan Teh di Indonesia, sebelum Indonesia merdeka.
  Tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina. tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Camphuys, di Jakarta.

  Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut. Berhasilnya penanaman dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh. untuk membuka landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut terdapat ± 180 hektar tanaman teh dengan produksi sekitar 8.000 kg teh kering.

   Tahun 1835, Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor teh kering ke Amsterdam. Tahun 1866, semua perusahaan perkebunan yang semula dimiliki pemerintah dijual kepada perusahaan perkebunan swasta. Tahun 1870. Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) mulai berlaku. Berdasarkan undang-undang ini, pengusaha swasta dapat menyewa tanah negara yang cukup luas untuk jangka waktu yang cukup panjang yaitu 75 tahun. Kesempatan ini mendorong para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya pada usaha perkebunan, termasuk perkebunan teh.

     Tahun 1877, diperkenalkan jenis teh baru yaitu teh Assam dari Sri Lanka (Ceylon) yang ditanam pertama kali oleh Kerkhoven di Kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya jenis teh ini, yang kemudian terbukti tumbuh dengan baik, secara berangsur tanaman teh Cina diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910, mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh, terutama di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh. 
    Industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi pasar dunia maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941. luas perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar 200.000 ha yang terdiri dari perusahaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh rakyat 75.000 ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah.Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), banyak areal kebun teh yang dikonversikan ke tanaman pangan. Tidak sedikit pula kebun-kebun teh yang terlantar dan mengalami kerusakan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. kebun-kebun teh yang umumnya masih diusahakan oleh perusahaan milik Belanda, menghadapi berbagai kendala dalam pengusahaannya.

      Setelah Indonesia merdeka
  Pada tahun 1958, dilakukan pengambilalihan perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan usaha rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut. Selama Pembangunan Lima Tahun, luas areal maupun produksi terus meningkat. Pada tahun 1976, tercatat luas areal 97.725 ha dengan produksi 72.144 ton dan tahun 1984, tercapai luas areal 115.879 ha dengan produksi 127.287 ton. Data tahun 1990 menunjukkan luas perkebunan teh di Indonesia sebesar 129.500 ha, yang terdiri dari perkebunan milik negara (PT Perkebunan Negara) 49.800 ha, perkebunan besar swasta 27.700 ha, dan perkebunan rakyat 52.000 ha. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu. Sumatera Selatan. Kemudian dibuka pula perkebunan teh di Kalimantan dan Sulawesi.

Sebagai gambaran keadaan komoditi teh di Indonesia, luas areal, produksi, dan ekspor teh Indonesia pada Pelita I — VI. Dalam perkembangannya sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional perusahaan perkebunan teh di Indonesia tergabung dalam Asosiasi Teh Indonesia, dan secara internasional, Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh internasional, seperti: United States Tea Council (Amerika Serikat), United Kingdom Tea Council (Inggris), Australian Tea Council (Australia), International Tea Promotion di Geneva, dan Interna¬tional Tea Committee di Inggris.

 Untuk lebih memperkenalkan teh Indonesia kepada para konsumen, Indonesia telah memanfaatkan kegiatan-kegiatan promosi di luar negeri dan berusaha mencari daerah pasaran baru. Negara-negara Timur Tengah, terutama negara-negara kawasan Teluk Persia dan Arab Saudi dewasa ini telah menjadi daerah pasaran baru bagi teh Indonesia. Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengekspor teh, Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan, baik dalam pengelolaan budi daya, panen dan pascapanen, prosesing (diversifikasi hasil dan peningkatan kualitas), sistem pemasaran, maupun usaha-usaha penelitian. Usaha ini sangat menunjang perkembangan komoditi teh.

     1.2 Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh permasalahan teh yang berkutat pada masalah yang klasik yaitu sitem produksi dan pemasaran pada pengelolaanya dan hasil yang di dapat dari petani the?
     1.3 Tujuan
-Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perkebunan teh di Indonesia yaitu berkutat pada masalah system produksi dan pemasaran.
-..Mhasiswa mampu menganalisa dan meilhat permasalahn yang terjadi pada perkebunan the
-Mahasiswa mengetahui komponenj-komponen permasalhan dari perkebunan the



BAB II
2.1 Tinjauan Masalah

    PERKEBUNAN teh Indonesia tengah "sakit". Setiap tahun, luas lahan dan produktivitasnya cenderung menurun. Pada 2007-2009, Statistik Perkebunan Indonesia Ditjen Perkebunan mencatat terjadi penyusutan lahan produktif dari 129.599 hektare menjadi 107.087 hektare (berkurang 22.512 hektare). Hal itu tak luput dari sumbangsih penyusutan lahan di Jawa Barat (Jabar). Sebagai "penyumbang" 74 persen kebun teh nasional, dalam jangka waktu tersebut, berdasarkan data Dinas Perkebunan, di Jabar terjadi pengurangan lahan hingga 3-937 hektare, dari semula 101.075 hektare menjadi 97.138 hektare.

   Sementara dari produktivitasnya, penurunan terjadi sejak 2005. Pada tahun tersebut, produktivitas rata-rata teh di Jabar yang mencapai 1.622,25 ton (dari luas lahan 102.304,78 hektar) merosot menjadi 1.491 ton pada 2009. Akibatnya, prestasi Indonesia dalam jagat teh internasional tak lagi berkibar. Indonesia yang sebelumnya pernah duduk di peringkat ketiga produsen teh dunia, anjlok ke posisi tujuh. Indonesia merupakan pamungkas dari produsen terbesar secara berturut-turut, yaitu Cina, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki. Lebih parahnya lagi, Indonesia tersalip oleh Vietnam yang merupakan anggota baru dalam percaturan teh dunia.

   Padahal, sebelumnya Vietnam menggali ilmu teh dari Indonesia. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Usaha Perkebunan Disbun Jabar Mamur Yusuf mengatakan, negara yang baru merdeka pada 1978 itu, sekitar lima tahun lalu gencar menjalin kerja sama di bidang teh dengan Republik Indonesia (RI). Jelas terlihat, Pemerintah Vietnam memang serius berkiprah di dunia teh. Sementara di Indonesia, seperti yang diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Jabar Nana Subarna, keseriusan pengelolaan teh lebih terlihat pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Meskipun peluang dan potensi teh Indonesia begitu besar, baik dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara, pemerintah RI masih belum serius menyinergikan-nya. Pemerintah lebih memilih menjalankan peran minimal ketimbang merancang strategi cerdas atau terobosan agar teh nasional bergairah.

   Dalam menggenjot produktivitas teh rakyat misalnya, pemerintah sekarang lebih memilih memberikan bantuan sarana dan prasarana. Padahal, strategi jitu tampaknya lebih dibutuhkan karena selama ini dengan luas 50.137 hektare, yangartinya paling luas dibandingkan dengan perkebunan negara (25.899 hektare) dan swasta (21.102 hektare), produktivitas teh rakyat paling rendah. Selain tidak menjangkau semua petani, model bantuan juga tidak menjamin program bisa efektif atau tepat sasaran. Di Kabupaten Garut, misalnya, seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan Indriana, masih ada petani nakal yang membuat bantuan tidak tepat sasaran.

    Mekanismenya memang melalui pengajuan proposal. Misalnya kelompok petani butuh pupuk atau alat, maka bisa mengajukan. Akan tetapi, ada yang misalnya meminta pupuk untuk teh tetapi rupanya digunakan untuk memupuk tanaman lain," ujarnya. Bantuan parsial dari pusat yang diberikan per kelompok untuk Kab. Garut tahun ini mencapai Rp 320 juta untuk seratus hektare, sedangkan pada 2009 besarnya bantuan Rp 286 juta. Tak hanya itu, strategi cerdas pemerintah juga sangat diperlukan dalam 99pengurusan hak guna usaha (HGU). Sudah menjadi rahasia umum bahwa penyelesaian HGU di bawah kewenangan Badan Pertanahan Nasional belum memiliki standar waktu.

      Ketua Dewan Teh Indonesia Abdul Halik menuturkan, hal tersebut juga terjadi untuk perkebunan non-teh. Padahal, untuk bisa bekerja dengan baik, dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik pula," ujarnya.
Cenderung lambatnya proses HGU berdampak kepada peluang penyerobotan lahan oleh oknum-oknum tertentu. Di Perkebunan Dayeuhmanggung, Kec. Salawu, Kab. Garut, misalnya, HGU yang turun setelah empat belas tahun pengajuan sejak 1994 memicu penjarahan oknum warga pada 1999-2001 hingga 121 hektare. "Lahan tersebut termasuk lumbung produksi karena berisi tanaman-tanaman muda," kata Administratur Kebun Dayeuhmanggung, Gatot Setiabudi. Hilangnya potensi tersebut tentunya sangat disayangkan karena kualitas teh Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia Atik Dharmadi menuturkan, produk ekspor dari Indonesia selalu diterima internasional karena bebas dari pestisida. "Dari kualitas dan pengolahan pim diakui konsultan dari Srilanka tidak kalah dengan Vietnam ataupun Srilanka," ujar Ketua Gabungan Pengusalia Perkebunan Teh Jabar-Banten cabang Garut, Yanto Cahyana. Bahkan, karena tingginya kandungan katekin (sebagai antioksidan) dibandingkan dengan teh negara lain, teh Indonesia khususnya Moon gambung telah memperoleh penghargaan internasional.

    Sayangnya, lagi-lagi penanganannya belum serius benar. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Kab. Bandung sebagai satu-satunya pusat penelitian teh di Indonesia, belum dioptimalkan. Manajer Pemasaran PPTK Gambung Tri Suwarso Anwar menuturkan, kebanyakan, sarana dan prasarana penelitian adalah pemberian Belanda sekitar pada 1974. "Sementara untuk penelitian tahun lalu mendapat Rp 1,1 miliar, cukup kecil. Sementara tahun ini belum turun," katanya.
   Penanganan yang serius tampaknya memang dibutuhkan segera. Karena bagaimanapun, peluang teh Indonesia masih terbuka lebar, khususnya di Eropa Barat seperti Inggris dan Jerman sebagai pembeli teh terbesar, lalu Belanda, Belgia, dan Perancis. Apalagi, Indonesia sudah mampu membuat teh putih yang peluang pasarnya dipastikan terbuka lebar.
     Saat ini, Dewan Teh Indonesia dan pemangku kepentingan pertehan telah merancang program gerakan penyelamatan agribisnis teh Indonesia. Untuk merehabilitasi lahan teh rakyat, dibutuhkan Rp 2,5 triliun. Mampukah program itu merangsang munculnya strategi cerdas yang dinanti petani? Semoga saja!


2.2 Pembahasan

      Dari uraian diatas ternyata permasalahan dalam teh sangatlah kompleks yaitu tidak hanya berkutat pada masalah klasik system produksi dan pemasaran ,akan tetapi pemanfaatan aktif dalam sistemnya pun juga kurang mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan kurangnya uapaya peberdayaan baik dari sector SDM untuk pengelolaanya maupaun regulasi pemanfaatan lahan untuk membuat perkebunan teh menjadi komoditas yang unggul.
      "Masalah sistem produksi dan pemasaran masih menjadi kendala utama industri teh kita,”
Dalam tijaun referensi diatas telah dipaparkan bahwa sebeneranya potensi perkebunan teh sangat menjanjikan kalau permasalahan seperti system,pengelolaan ,pemasaran,dan produksi diperhatikan dengan sesksama sehingga hasil industry perkebunan dapat bermutu secara kuwalitas dan dari segi hasil mempunyai kuantintas yang banyak dengan harga pemasaran yang bagus. Maka untuk kedepan dan untuk kemajuan komoditas industri teh maka perlu upaya menagulangi masalah –masalah tersebut.

2.3 Uapaya –penangulangan.

a. pelaksanaan rehabilitasi tanaman tua. baik berupa penyulaman maupun peremajaan/penanaman baru dengan menggunakan bahan tanaman unggul yang lebih responsif terhadap pemupukan berat, dan memiliki kuantitas serta kualitas produksi yang tinggi;

b. pemberian pupuk pada seluruh pertanaman dengan dosis optimal, tidak hanya pupuk N, P, dan K, tetapi juga dengan pupuk yang mengandung unsur hara lainnya (antara lain Mg dan Zn);

c. pengendalian hama, penyakit, dan gulma secara lebih efektif dengan menggunakan pestisida dan herbisida yang cocok;

d. penerapan cara-cara pemangkasan dan pemetikan yang disesuaikan dengan tindakan-tindakan intensif tersebut di atas, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil optimal rata-rata tiap tahunnya;

e. pengusahaan bahan tanaman (klon dan bibit kultur jaringan) yang tinggi produktivitas dan kualitas produksinya;

f. pembinaan petani teh secara lebih terkoordinasi, agar mampu menghasilkan bahan olah yang baik.
Semua usaha tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua produsen teh di Indonesia, baik PT Perkebunan Negara (PTPN), Perkebunan Besar Swasta, maupun perkebunan teh rakyat.

BAB III
Kesimpulan

1. Masalah sistem produksi dan pemasaran masih menjadi kendala utama industri teh kita.

2. Masalah harus ada pembinaan petani teh secara lebih terkoordinasi, agar mampu menghasilkan bahan olah yang baik.

3. Indonesia memiliki potensi teh yang menjajikan ,akan tetapi perlu penanganan yang lebih agar dari segi kuatintas banyak dengan harga pasar yang menjanjikan dengan kulitas yang ungul.

4. permasalahan dalam teh sangatlah kompleks yaitu tidak hanya berkutat pada masalah klasik system produksi dan pemasaran ,akan tetapi pemanfaatan aktif lahan dalam sistemnya pun juga kurang mendapat perhatian.

5. Penanganan yang serius tampaknya memang dibutuhkan segera. Karena bagaimanapun, peluang teh Indonesia masih terbuka lebar, khususnya di Eropa Barat seperti Inggris dan Jerman sebagai pembeli teh terbesar, lalu Belanda, Belgia, dan Perancis. Apalagi, Indonesia sudah mampu membuat teh putih yang peluang pasarnya dipastikan terbuka lebar.








DAFTAR PUSTAKA

--Teh Budidaya & Pengolahan Pascapanen Oleh Djoehana Setyamidjaja, M.Ed.
-http://finance.detik.com/read/2008/07/22/143102/975876/4/industri-teh-ri-terkendala-masalah-klasik(diakases tgl 28-6-2011)
-http://bataviase.co.id/node/300998(dikases pada 28-6 -2011)
- http://artikelterbaru.com/pertanian/perkembangan-kebun-teh-di-indonesia-2011580.html

Budidaya Perkebunan KAKAO

POKOK-POKOK PENTING BUDIDADAYA KAKAO
1. sifat batang dan cabang
2. akar
3. bunga
4. buah
5. faktor lingkungan
6. fisiologi
1. Sifat batang dan cabang
SIFAT DIMORFISME
Artinya mempunyai 2 bentuk tunas vegetativ
Plagiotrop ortotrop
(menyamping) (ke atas)
Ortotrop=chupon
plagiotrop=cabang kipas=fan
Perbedaan kedua macam tunas tsb juga terletak pd :
• Rumus daun
• Ukuran daun
• Ukuran tangkai daun
• Tanaman kakao asal biji, stlh umur 1 th memiliki ketinggian 0,9-1,5 m, pertumbuhan vertikalnya akan berhenti kemudian membentuk perempatan (jorket/jorquette). Tinggi rendah jorket tergantung pd :
1. kualitas bibit
2. kesuburan tanah
3. intensitas cahaya yg diterima
Jorket merupakan tempat perubahan pola percabangan, yakni dari tipe ortotrop ke plagiotrop
Peralihan pertumbuhan seperti ini adalah khas dari tanaman kakao karena tidak terjadi
pada tanaman lain
• Proses pembentukan jorket
1. Didahului dg berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop krn ruas2nya tdk lagi memanjang
2. Pd ujung tunas tsb, stipula,kuncup ketiak daun serta tunas daun tdk berkembang lagi
3. Dari ujung perhentian tsb, selanjutnya tumbuh 3-6 cabang dg arah pertumbuhan condong kesamping membentuk sudut 0-60º terhadap bidang horisontal. Cabang2 tsb disebut cabang primer yg bersifat plagiotrop
4. Dari cabang primer akan tumbuh cabang sekender, dari cab sekender akan tumbuh cab tersier dst yg semuanya bersifat plagiotrop.

Cabang plagiotrop tdk membentuk jorket
PADA TANAMAN KAKAO DEWASA, SEPANJANG BATANG POKOK TUMBUH BANYAK WIWILAN (TUNAS AIR/ chupon) YG BERSIFAT ORTOTROP SEHINGGA PASTI MEMBENTUK JORKET
DALAM TEKNIK BUDIDAYA YG BENAR TUNAS AIR INI HARUS SELALU DIBUANG AGAR KAKAO SELALU TERPELIHARA TETAP PENDEK DAN BERBUAH BANYAK
• 2. Akar
• 3. Bunga
• Kakao mulai berbunga stlh berumur 3 th
• Perkembangan bunga bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun
• Tempat tumbuh bunga perlahan-lahan akan membesar dan menebal membentuk bantalan bunga
• ....bunga, lanjutan..
Ciri umum:
1. Warna putih,ungu,atau kemerahan. Warna kuat tdpt pd benangsari dan daun mahkota, warna bunga khas unt setiap kultivar
2. Tangkai bunga kecil tp pjg (1-1,5 cm)
3. Daun mahkota panjang (6-8 mm) tdr 2 bag, pangkal menyerupai kuku binatang, ujung berbentuk lembaran tipis warna putih yg fleksibel
4. Rumus bunga K5C5A5+5G(5)...artinya bunga tersusun atas 5 daun kelopak yg tdk terkait satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari (tersusun dlm 2 lingkaran) masing2 tdr dr 5 tangkai sari dan 5 daun buah yg bersatu
• 4. Buah
• Bentuk dan warna kulit buah sangat bervariasi tergantung kultivarnya. Namun pada dasarnya hanya ada 2 macam warna :
a. Buah yg ketika muda berwarna hijau/hijau agak putih, bila
sdh masak berwarna kuning
b. Buah yg ketika muda berwarna merah, bila sdh masak
berwarna orange
• biji
Biji kakao dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan
• 5. Faktor lingkungan dan fisiologi
A.Faktor lingkungan
1. habitat asal
- hulu sungai amazon didlm hutan tropika basah
- di habitat asalnya,kakao terbiasa hidup dibwh naungan
tanaman hutan
- pemakaian naungan pd budidaya kakao mrpk keharusan
2. peran cahaya
seiring dg pertumb &perkemb tanaman, kebutuhan akan
naungan perlahan berkurang hal ini
mengingat peran vital cahaya dlm fisiologis tanaman
(fotosintesis,respirasi, transpirasi)
B. Fisiologi
1. laju hasil fotosintesis
• ...lanjutan laju fotosintesis..
a.ILD (LAI)
 Laju hsl fotosintesis dpt didekati dengan menghitung jumlah daun serta mengukur laju penyerapan CO2 per satuan luas daun. ILD=jml.luas semua daun/luas tanah yg ternaungi
 Secara matematika,hsl fotosintesis akan meningkat sejalan dg meningkatnya LAI. Tapi dlm prakteknya sngt tgt pd struktur tajuk dan pencahayaan.
• Menurut Alvim et.al,(1972)
LAI optimum tanaman kakao dewasa berkisar 3,7-5,7, yakni setara dg produksi asimilat 3,5-5,0 mg/dm2/hari atau 12,8-18,2 ton bahan kering/hektar/tahun
Keberhasilan fotosintesis berkorelasi positif dengan keberadaan stomata. Jika intensitas cahaya meningkat, jml stomata cenderung meningkat,tapi peningkatan tsb lebih dikarenakan semakin kecilnya ukuran sel-sel epidermin shg jarak antar stomata menjadi lebih dekat
• Perkembangan akar dan faktor-faktor yg berpengaruh
akar tunggang
Kakao asal biji (bth wkt 2th unt
mencapai 50 cm)
akar lateral
Akar tunggang palsu
Kakao asal vegetatif
Akar lateral
Bila struktur tanah baik, perkaran dpt mencapai kedalaman optimal (1,0 – 1,5m)
• Fisiologi bunga
Pada bekas ketiak daun, tempat munculnya bunga, ada 2 tunas:
1.Besar (tunas principal) hanya menghasilkan cab. Veg.
2. Kecil (tunas subordinate) biasanya akan membentuk bunga
Sementara itu di tempat berkembangnya bunga(bantalan bunga) yg msh aktif akan dihslkan bunga selama bbrp tahun.
Bunga2 akan menjadi steril bila terganggu fisiologisnya:
• Terpotong saat panen
• Terserang penyakit kanker Phytopthora palmivora
Bunga kakao bersifat protogini (kepala putik masak dan mekar lebih awal daripada benangsari)
Serangga penyerbuk : Farcipomya spp
• Gugurnya bunga
Mekanisme gugurnya bunga terkait dg perubahan tekanan osmosis dalam tangkai bunga
BUNGA DEWASA
Nutrisi tangkai bunga b.sari,putik,+bag2 bunga
Ditimbun
Jika ada pembuahan, nutrisi dirombak melalui proses respirasi
Jika tdk terjadi pembhn, cad. Nutrisi tdk terpakai, terakumulasi, tek.osmosis naik, sel membesar dan pecah
Itulah salah satu sebab mengapa pd musim kemarau banyak bunga rontok
• Faktor-faktor yg mempengaruhi pembungaan
• 1. Internal
a. Umur tanaman
b. Status nutrisi
c. Aktivitas kambium
d. Status hormon
• 2. eksternal
a. Naungan
b. Suhu
c. Distribusi hujan
d. Kelembaban udara
• Perkembangan dan pemasakan buah
Prekositas (awal berbuah) dipengaruhi oleh bahan tanam yg digunakan
1. Asal stek :paling cepat berbunga, disusul tan.asal sambungan plagiotrop, okulasi plagiotrop,
2. asal benih: paling lambat
HASIL BUAH KAKAO DIPENGARUHI:
a. Jumlah bunga tumbuh
b. Persentase bunga diserbuki
c. Persentase buah muda yg berhasil berkembang



BUDIDAYA KAKAO
(Theobroma cacao.L)

• Bunga kakao...tumbuh di batang
• Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae / Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao
• Negara mana saja penghasil kakao dunia?
...Data panen tahun 2005
1. Pantai Gading (38 %)
2. Ghana (19 %)
3. Indonesia (13%)
4. Nigeria (15 %)
5. Brazil (5%)
6. Kamerun (5%)
7. Ekuador (4%)
8. Malaysia (1%)
• BOTANI...habitus
Kakao merupakan tanaman tahunan (perennial)
Habitus : bentuk pohon, bisa mencapai 10m
(dlm budidaya dibuat setinggi 5 m )
Tajuk :menluas menyamping untuk
memperbanyak cabang produktif
Bunga : tumbuh (muncul) di batang dan
cabang,merupakan bunga tunggal
Buah : buah buni
• BUAH DAN BIJI
• Dua kelompok besar kakao di Indonesia
A. Kakao mulia (edel cacao)
• dihasilkan perkebunan2 tua kakao, hasil persilangan variatas2 pada jaman belanda, contoh DR-38 (Djatirunggo)
• Berpenyerbuk sendiri
• Kualitas tinggi, hasil rendah
B. Kakao Curah (bulk cacao)...atau kakao lindak
• Self incompatible
• Kualitas rendah tapi hasilnya banyak
• Tidak diutamakan rasa, tapi lemaknya


• PEMBUKAAN DAN PERSIAPAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA KAKAO
Persiapan Lahan
1. Pembersihan areal penanaman dari hal-hal yang tdk diperlukan :semak,gulma, tan.bukan penaung, dll
2. Dipastikan lahan sudah dikonservasi (bebas erosi, relatif subur dan lestari)
3. Penanaman pohon penaung
4. Pembuatan teras
5. Pembuatan saluran pembuangan air
6. Pembuatan rorak untuk aerasi
• 1.Pembukaan Lahan
• Pada awal pembukaan, utamakan membuat jalan kebun, saluran/got
• 2. Pembuatan Teras
Fungsi teras:
a.Menahan erosi pada tnh miring
b. Untuk bidang tanam menurut kontur
c. Menahan laju aliran air
d. Memberi peluang peresapan
Air hujan kedlm tanah
3 macam teras:
• Teras bangku
• Teras gulud
• Teras individu
• Teras bangku
• Adalah teras yang dibuat dg meratakan tanah di bagian bawah shg membentuk susunan seperti tangga
• Unt tnh yg mudah longsor, teras jenis ini sngt dianjurkan
• Saluran drainase dibuat di dlm teras, tepat di bawah tebing teras
• detil penampang teras bangku
• Teras gulud
• Teras ini dibuat untuk lahan dengan kemiringan kurang 15%
• Dibuat dg cara memotong lereng sesuai dengan kontur
• Saluran drainase dibuat di pinggir teras di sebelah dalam guludan
• Teras individu
• Dibuat pada lahan dg kemiringan >45%
• Sketsa pembuatan teras individu
• Pembuatan piringan teras harus sedikit miring ke dalam seperti halnya pembuatan ters bangku
• Pilihan bentuk teras pada jeluk kecuraman lereng dan
kepekaan erosi yang berbeda
• 3. Pengajiran
Pengajiran adalah cara untuk mendapatkan titik-titik unt lokasi penanaman dan lubang tanam yang sesuai jarak tanam yang dikehendaki shg barisan antar tanaman bisa teratur.
Perbedaan pengajiran pada lahan datar dan lahan miring:
• Pada lahan datar: pengajiran barisan tanaman dibuat arah utara-selatan, deretan tanaman pokok dlm barisan maupun antar barisan dibuat saling tegak lurus, jarak tanam untuk kakao maupun penaung dipilih sesuai populasi standar pilihan dan tipe iklim (hujan)setempat
• Pada lahan miring : barisan tanaman dibuat sejajar dengan garis kontur, tujuannya agar aspek konservasi tanah dan air tetap konsisten
• Contoh barisan tanaman kakao muda
• 4. Persiapan pohon penaung
Alasan penggunaan penaung :
a. Habitat asli kakao adalah hutan tropika basah, pada habitat tsb kakao tumbuh di bawah naungan pohon-pohon tinggi
b. Dalam budidaya kakao kondisi yg sesuai habitat asli masih dipertahankan dg cara memberikan naungan
c. Tanaman kakao muda yg kurang mendapat naungan akan mengalami hambatan pertumbuhan
Ciri-cirinya:
• daun sempit
• Menguning
• Pada suhu tinggi daun mengalami nekrosis, disusul kerontokan daun
d. Tanaman kakao juga butuh perlindungan dari angin kencang,
• Kebutuhan tingkat naungan ditentukan beberapa hal
1. Umur tanaman
2. Populasi
3. Tingkat kesuburan tanah
Ad.1: umur 2-3 th mutlak butuh naungan
setelah umur tsb, kebutuhan menurun tp tdk sampai nol
secara umum kebutuhan naungan pd umur 12-18 bl
adalah 30 – 60%
Ad.2: populasi hrs juga diatur dan dikelola dg baik agar pengaruh naungan dpt makasimal,Pangkasan juga perlu diatur
• Efek tanpa naungan pada kakao dewasa
1. Produksi fase awal tinggi
2. Perlu masukan tinggi (pupuk dll)
3. Umur ekonomis pendek
4. Resiko gagal panen buah tinggi
Efek penggunaan naungan namun tanpa pengelolaan yg benar
1. Hasil buah kakao rendah
2. Masukan rendah dan tanaman tidak respon masukan tinggi
3. Umur ekonomis panjang
4. Resiko gagal panen kecil
• Macam tanaman penaung
A. Penaung sementara
B. Penaung tetap
Penaung sementara hanya berfungsi selama penaung tetap blm berfungsi baik, biasanya dari awal tanam sampai umur 2 th
Penaung tetap bersifat permanen tetapi populasinya selalu dikurangi seiring dg bertambahnya umur kakao.
Syarat-syarat penaung sementara:
1. Tumbuh menyemak tapi tegak
2. Tumbuh cepat tapi tahan dipangkas unt menghslkan bhn organik yg banyak
3. Perakaran tdk dalam dan melebar
4. Dari famili legume
• Tata letak tanaman penaung di lapangan
• Penaung sementara : ditanam secara pagar/baris dg jarak 75cm – 100 cm dari tanaman kakao. Arah barisan utara-selatan
• Penaung tetap : ditanam pada potongan garis diagonal yang menghubungkan tanaman kakao. Pada awal penanaman penaung tetap, perbandingan populasi tanaman kakao dg penaung tetap , sama 1:1
• Untuk penaung berupa pohon kelapa, jarak tanamnya adalah 10 x 12 m atau 10 x 10 m
Sebagai dasar penentuan, prinsipnya dengan penaungan masih bisa diteruskan cahaya sebesar 60 – 75 %
• Saat penanaman penaung
Penaung sementara hrs sdh berfungsi saat bibit kakao dipindah ke lahan
Sebagai pedoman, kakao muda hanya mendapatkan penyinaran matahari langsung selama 2 jam antara pukul 11.00 – 13.00
Penaung sementara ditanam 1 th sebelum bibit ditanam di kebun
Penaung tetap
Pedoman, diusahakan agar pertumbuhan tajuk kakao dengan penaung tdk terjadi persaingan
Apabila menggunakan lamtoro, gliriside, dan turi, waktu penanamannyabersamaan dengan penaung sementara (1-2 th di depan)
Jika memakai kelapa, penanamannya 4-5 tahun sebelum bibit kakao dipindah ke kebun
• Jarak tanam kakao
Faktor penentu jarak tanam:
1. Jenis bahan tanam apakah habitusnya besar/kecil?
2. Kondisi iklim dan tanah menentukan baik buruknya pertumbuhan
3. Pengelolaan tanaman
a. monokultur: 3mx3m atau 4m x 2m
b. Tumpangsari :jarak tanam pokok disesuaikan dg tanaman yg ditumpangsarikan
4. Pertimbangkan kemungkinan perkembangan penyakit Phytophtora palmivora yg dipengaruhi kelembaban kebun



MASALAH PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN PADA KAKAO
Faktor – faktor yang mempengaruhi Pembungaan
1. Faktor Internal : umur tanaman, status nutrisi, aktivitas kambium, status hormon
2. Faktor eksternal : naungan, suhu, distribusi hujan, kelembaban udara
PERKEMBANGAN DAN PEMASAKAN BUAH
 Prekositas (awal berbuah) tanaman kakao dipengaruhi bahan tanam yang digunakan
 Urutan kecepatan berbunga berdasarkan bahan tanam :
1. Asal setek
2. Asal sambungan plagiotroph
3. Asal benih
Hasil buah kakao dipengaruhi
a. Jumlah bunga yang tumbuh
b. Persentase bunga yang diserbuki
c. Persentase bunga yang dibuahi
d. Persentase buah muda yang mampu berkembang sampai masak
Dua fase pertumbuhan buah kakao
1. Berlangsung sejak pembuahan sampai umur 75 hari
2. Fase kedua ditandai dengan pertumbuhan buah yg semakin membesar/maksimal (143 – 170 hari)
Seiring pertumbuhan buah, lembaga juga makin membesar, umur 85 hr ukurannya 0,2 cm, umur 140 hr menjadi 3 cm
Sebelum lembaga berkembang lebih lanjut, bakal biji terisi cairan kental yg akan menjadi endosperma sumber nutrisi lembaga jml.berkurang trs stlh lembaga sempurna stok akan habis
Buah yg masak dan siap dipanen ditandai dg berubahnya warna kulit buah, dan biasanya biji ikut terlepas dr kulit buah dlm. Bila di kocok2 akan terdengar bunyi.
Saat masak buah juga tergantung pada rata-rata suhu udara.
Menurut Alvin et.al. (1974), membuat fromula sbb :
Tingkat kemasakan buah pada ketinggian tempat berbeda
Di dataran rendah = masak umur 4,5 bulan
Tinggi tempat 300 – 500 m, buah masak sekitar 5 bulan
Di atas 500 m, buah masak sekitar umur 6 bulan
Penelitian tentang layu kuncup buah/ buah muda
Faktor – faktor penyebab layu buah muda :
 Persaingan asimilat antara buah muda, dewasa dan tunas tunas baru
 Kekurangan hormon yg dibentuk dlm endosperma shg nutrisi tdk dpt terserap oleh buah
 Rendahnya kadar asam amino triptophan dlm bakal biji. Asam amino ini mrpk prekursor auksin jenis IAA
 Pengaruh bahan tanam atau kultivar
 Ada luka pada kulit buah yg dpt memacu aktifnya enzim polifenol oksidase yg menyebabkan hormon IAA tdk aktif
Diagram nichols, (1960), tentang hubungan nutrien dan hormon dlm mengatur pembuahan kakao
Bagaimana mengatasi layu bUah muda ini
Pemotongan tunas – tunas baru
Aplikasi ZPT Paclobutrasol……menghambat pertunasan, menekan layu buah muda, meningkatkan hasil buah (aplikasi konsentrasi 5000 ppm, disiramkan 1 liter per pohon)
Pertunasan (flushing)
 Tanaman kakao menunjukkan pertumbuhan tunas berselang – seling dengan masa dormansinya
 Pada keadaan terkendali, kakao umur 1 tahun mempunyai siklus 65 hari.Namun di alam terbuka faktor – faktor lingkungan sangat menentukan frekuensi dan intensitas pertunasan
Beberapa perlakuan yang mempengaruhi pertunasan
1. Pemangkasan
didukung oleh hipotesis bhw pd daun tua terkandung zat penghambat ABA yg mengatur pertunasan. Sementara zat pemacu pertunasan (sitokinin) yg dibentuk dlm akar diangkut dlm jml tetap. Keseimbangan antara dua zat tsb berperan besar dlm mengatur pertunasan
2. Faktor lingkungan terutama suhu udara
3. Unsur hara

PEMUPUKAN KAKAO
TUJUAN PEMUPUKAN
menambah unsur hara yang kurang atau
tidak tersedia di dalam tanah
Macam Pupuk
• Anorganik
• Organik
Anorganik :
ZA : sebagai sumber N
TSP/SP-36 : sebagai sumber P
KCl : sebagai sumber K
Dan pupuk lain sebagai sumber unsur mikro seperti Fe, Mg, Al, Bo, Mo, Mn, ..
Pupuk majemuk,pupuk mikro;

Organik:
Pupuk Kandang
Kompos
Prinsip pemupukan
 Tepat dosis
 Tepat waktu
 Tepat cara
Kekurangan atau kelebihan pupuk dapat menyebabkan keracunan pada tanaman kakao, dan mengganggu produktivitas.
 Jumlah/dosis unsur hara(pupuk) yang diberikan
Jumlah/dosis dan macam unsur hara yg harus diberikan dapat diestimasi dari hasil analisis jaringan.
Hasil analisis jaringan tanaman kakao menunjukkan kebutuhan hara yg harus dipenuhi untuk 1 hektar tanaman kakao dalam membentuk kanopi sebelum mulai berbuah, sebanyak :
200 kg N, 25 kg P, 300 kg K dan 140 kg Ca
Ini dapat dipenuhi dari:
1. Memanfaatkan unsur yg sdh tersedia dlm tanah
2. Pemupukan
Pemupukan harus memperhitungkan efisiensi pemupukan karena tidak semua unsur hara dari pupuk dpt diserap tanaman
Dosis pupuk yang bisa diberikan pada tanaman kakao dengan kondisi lingkungan baik
bentuk-bentuk unsur hara yang diserap kakao dari tanah
Jenis pupuk dan kandungan haranya
Waktu pemupukan
dilakukan 2x dalam 1 tahun
waktu ideal :
a. saat musim hujan, atau
b. akhir musim hujan (Maret- April
atau Oktober – November)
Aplikasi pemupukan
Melalui tanah
Melalui daun
Pemupukan kakao
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Hama, penyakit, gulma
PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK), C.Cramerella
Daerah sebaran
Hampir seluruh Indonesia:
Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultengg, Maluku,Kaltim, Kalbar, Kalteng, Aceh, Sumbar, Sumut, Jambi, Riau, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jatim, Bali, NTT, NTB, Papua.
Negara tetangga : Mindanau (Filipina), Malaysia, Papua Nugini
Inang
Masih terus diteliti!
Menurut Wardoyo, (1981) : C.Cramarella yg menyerang kakao tdk dpt menyerang tan. Lainnya dan sebaliknya
Selain menyerang rambutan, spesies dari hama ini juga menyerang tanaman cola, nam nam, kasai, pulasan, langsat dan mata kucing
Pengendalian
1. Pemangkasan
2. Pemupukan
3. Panen sering
4. Sanitasi
Pengendalian Hayati:
a.Pemanfaatan semut hitam (Dolichoderus thoraxicus)
b. Jamur entomopatogen (Beauveria bassiana)
c. Parasitoid telur (Trichogrammatoidea spp.)
Pengendalian Kimiawi
Penyarungan buah
Pemanfaatan semut hitam
Penyarungan buah
Kepik pengisap buah (Helopeltis spp.)



Ini hama utama peringkat kedua setelah PBK
PENYAKIT KAKAO
BUSUK BUAH

KANKER BATANG

ANTRAKNOSE

PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback)

JAMUR UPAS

PENYAKIT AKAR

Pengendalian penyakit akar

• KAKAO
PASCA PANEN
Pemetikan dan sortasi
Pemeraman/penyimpanan buah
Pemecahan Buah
Fermentasi
Cuci pulp
jemur
• Tujuan fermentasi
1. Membebaskan biji kakao dari pulp
2. Mencegah pertumbuhan biji
3. Memperbaiki kenampakan
4. Mempermudah pengolahan berikutnya di pabrik coklat
5. Diperoleh biji kakao kering yg bermutu baik dan memiliki calon aroma serta citarasa khas coklat
Biji kakao yg dikeringkan tanpa difermentasi lebih dahulu akan bermutu rendah karena tdk memiliki calon cita rasa coklat
Cita rasa khas coklat berkembang dlm 2 tahapan:a. fermentasi oleh pekebun
b. penyangraian oleh fabrikan coklat
• Ciri-ciri kakao tidak terfermentasi
1. Bertextur pejal
2. Berwarna slaty (keabu abuan)
3. Memiliki rasa sangat pahit dan sepat/sepet dan bercita rasa coklat sedikit
(biji kakao yg kurang fermentasi inilah yg mendominasi perdagangan biji kakao rakyat sampai saat ini)
• Ciri-ciri kakao terfermentasi dg baik
1. Bertextur agak remah/mudah pecah
2. Warna keping biji coklat sampai coklat dengan sedikit warna ungu
3. Citarasa pahit dan sepat tdk dominan, berkualitas baik
Waktu fermentasi yg baik : antara 2 - 6hari
• Perubahan-perubahan yg terjadi selama fermentasi
Tabel : Komposisi Pulp (% berat segar)
 Pd awalnya kondisi dlm massa biji anaerobik, kondisi ini cocokunt pertumbuhan khamir
 Khamir merubah sebagian bsr gula dlm pulp menjadi alkohol
 Pulp mulai pecah, cairan mengalir keluar sekitar 12-15% dr brt biji. Aliran fermentasi selesai stlh 24-36 jam, pd tahap ini asamsitrat berkurang krn mengalir berama cairan fermentasi dan diuraikan oleh mikroba, pH pulp meningkat, suhu meningkat


KLON DR 1
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 1,5 ton/ha., Bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri sehingga masih dapat terkontaminasi serbuk sari klon lain, Berat per biji kering 1,36 g, Rentan terhadap penyakit busuk buah dan VSD.
KLON DR 2
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 1,54 ton/ha., Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,19 g, Tahan penyakit busuk buah.
KlON DR 38
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 1,5 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,47 g., Rentan terhadap penyakit busuk buah dan VSD.

KLON DRC 16
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 1,54 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri,  Berat per biji kering 1,19 g, Tahan penyakit busuk buah.

KLON ICCRI 01
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 2,5 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,36 g, Tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD.

KLON ICCRI 02
Klon penghasil biji putih, produktivitas mencapai 2,37 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,32 g, Tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD.
KLON GC 7
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 2,0 ton/ha, Bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,24 g, Kadar lemak biji 55%, Rentan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD. Rentan hama PBK.
KLON ICS 60
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 1,5 ton/ha, Bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,67 g, Kadar lemak biji 54%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD, Rentan hama PBK.

KLON TSH 858
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 1,76 ton/ha, Bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,15 g, Kadar lemak biji 56%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD, Rentan hama PBK.

KLON ICS 13
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 1,83 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,05 g, Kadar lemak biji 52%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD, Rentan hama PBK.
KLON NIC 7
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 1,65 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,5 g, Kadar lemak biji 53%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Moderat tahan penyakit VSD, Rentan hama PBK.
KLON PA 300
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 1,40 ton/ha, Berat per biji kering 1,14 g, Kadar lemak biji 54%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Moderat tahan penyakit VSD

KLON RCC 70
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 2,28 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,18 g, Kadar lemak biji 57%, Moderat tahan penyakit busuk buah, Rentan penyakit VSD, Rentan hama PBK.
KLON ICCRI 03
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 2,19 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,18 g, Kadar lemak biji 55%, Tahan penyakit busuk buah, Moderat tahan penyakit VSD.
KLON ICCRI 04
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 2,16 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,12 g, Kadar lemak biji 55%, Tahan penyakit busuk buah, Moderat tahan penyakit VSD
KLON ICCRI 04
Klon penghasil biji unggu, produktivitas mencapai 2,16 ton/ha, Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering 1,12 g, Kadar lemak biji 55%, Tahan penyakit busuk buah, Moderat tahan penyakit VSD
Benih Hibrida F1
 Bahan tanam dalam bentuk benih, produktivitas mencapai 1—1,5 ton/ha.
 Terdapat keragaman produktivitas antar tanaman akibat proses segregasi sifat-sifat tetua klonal.
 Populasi tanaman secara umum lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
 Secara teknis lebih mudah diadopsi oleh petani karena perbanyakannya relatif mudah.
 Jenis hibrida yang tersedia: ICS 13 x Sca 6/Sca 12, ICS 60 x Sca 6/Sca 12, GC 7 x Sca 6/Sca 12, DR 1 x Sca 6/Sca 12.

SEREALIA DAN UMBI

Jenis-jenis Tanaman Umbi yang ada :
1. Nama Daerah : singkong
Nama Ilmiah : Manihot utillisima
Deskripsi : Tanaman tumbuh berkelompok, dengan tinggi sekitar 1-1,5 m, merupakan perdu ; Batangnya berkayu dengan diameter sekitar 2,5 cm ; Daun berwarna hijau sampai hijau tua, daun tunggal, bentuk menjari, banyak terserang hama tungau ; Umbinya panjang dengan rata-rata berdiameter 2 cm dan panjang 40-60 cm. Daging umbinya berwarna putih.
)





2. Nama Daerah : Ubi jalar
Nama Ilmiah : Ipomoea batatas L.
Deskripsi : Salah satu kultivar ubi jalar yang mengandung antosianin yang tinggi yaitu ubi jalar ungu diolah menjadi es krim, campuran selai buah, berbagai macam kue kering, kripik, tepung, kubus instan untuk bahan kolak dan sawut ubi jalar,warna merah,ubinya berdiamerter5-15cm.daging umbi berwarana putih kekuningan




3. Nama Daerah : Suweg
Nama Ilmiah : (Amorphophallus paeoniifolius (Dennstedt) Nicolson)
Deskripsi : Suweg merupakan salah satu jenis Araceae yang berbatang semu, memiliki satu daun tunggal yang terpecah-pecah. Jenis ini jarang dibudidayakan, umumnya tumbuh di hutan-hutan jati atau kebun yang tidak dipelihara. Seperti halnya talas, suweg juga mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal. Senyawa ini dapat dihilangkan dengan cara perlakuan dan perebusan. Umbinya dapat dipanen 8 – 10 bulan



4. Nama Daerah : Garut
Nama Ilmiah : Maranta arundinacea L
Deskripsi : anaman garut menyukai tumbuh pada tanah yang lembab dan di bawah naungan. Di Jawa Barat, garut dikenal dengan sebutan sagu atau irut. Umbinya banyak mengandung tepung pati yang sangat halus yang mudah dicerna







5. Nama Daerah : ganyong
Nama Ilmiah : Canna indica L.
Deskripsi : Seperti halnya dengan tanaman garut, ganyong umumnya tumbuh berumpun di bawah naungan antara lain: jati, bambu, pisang, biasanya ditanam secara tumpang sari namun belum secara intesif. Umumnya, hasilnya untuk konsumsi keluarga saja. Dikenal 2 macam ganyong yaitu ganyong berdaun merah dan berdaun putih, meskipun umbinya berwarna putih dan mempunyai rasa yang sama. Di Jawa Barat ganyong dikenal dengan nama ganyol.







6. Nama Daerah : Gadung
Nama Ilmiah : Dioscorea hispida Dennst.
Deskripsi : daunnya yang terdiri dari 3 helai daun dan batangnya yang berbulu dan berduri tersebar sepanjang batang dan tangkai daun. Umbinya berwarna coklat muda, diliputi rambut-rambut akar yang besar dan kaku. Umbi gadung tidak dapat dikonsumi secara langsung karena beracun sehingga harus diberi perlakuan tertentu sebelum diolah. Produk hasil olahan biasanya berupa kripik gadung. Dari pengamatan di pasar tradisional di beberapa daerah diketahui produk kripik gadung baik mentah maupun matang telah jarang dijumpai, tampaknya telah didominasi oleh kripik kentang.
Foto-foto (beri keterangan foto) :




7. Nama Daerah : Uwi
Nama Ilmiah : Dioscorea spp
Deskripsi : Ada beberapa varietas dari uwi dan penamaannya di tiap daerah juga berbeda-beda. Di daerah Wonosari (Yogyakarta) dan desa Poncokusumo (Malang-Jawa Timur), terdapat varietas uwi putih dan uwi ungu (“gadung” dalam bahasa JawaTimur). Di Kutowinangun (Jawa Tengah), dikenal yang namanya uwi bangkulit (kulit luarnya berwarna merah “abang” dalam bahasa Jawa Tengah), sedangkan di daerah Garut dikenal varietas huwi manis/kalapa (karena rasanya manis seperti kelapa) dan huwi hideung (karena warna hitam. “”hideung” hitam dalama bahasa Sunda). Umbi uwi ini biasanya dipanen sekitar umur 6-8 bulan. Pemanfaatan uwi sebagai sumber bahan pangan biasanya hanya sebatas dikonsumsi sebagai pengganti nasi dengan cara dikukus
:








8. Nama Daerah : Gembili/mbili
Nama Ilmiah : Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill
Deskripsi : enis ini merupakan salah satu yang dibudidayakan dan jarang ditemukan tumbuh liar. Umumnya ditanam secara terbatas di pekarangan rumah. Umbinya berwarna putih sampai putih kekuningan dan pemanfaataannya sebatas dikonsumsi dengan cara dikukus sebagai pengganti makanan pokok. Umbi gembili banyak dijual di pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah .umbinya kecil-dan daging umbinya berwarna putih.




9. Nama Daerah : Talas
Nama Ilmiah : Colocasia sp
Deskripsi : tumbuh nya berkelopmk, tinggi max ½ m atu mungkin bias lebih.
Daun hijau tangkai berwarna kecoklatan, dimbalim umbinya.
:

















10. Nama Daerah : Kimpul
Nama Ilmiah : anthosoma nigrum (Vell.) Mansfeld
Deskripsi : Tanaman tumbuh berkelompok/meyebar dengan merambat ,; Daun berwarna hijau sampai hijau tua, daun tunggal, tumbuhan talas yg umbinya kecil-kecil, kulitnya berwarna hitam. Daging umbinya berwarna putih
: