AGROTEKNOLOGI

Fisiologi Tumbuhan

product

^_^

fisiologi | Hormon

Berbagi Ilmu

product

^_^

Detail | Add to cart

Ilmu Alam

product

^_^

Detail | Add to cart

ZPT

Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT.
Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Kata Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Sebutan ini digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya pembengkokan koleoptil kearah cahaya.
Auksin yang ditemukan Went diketahui sebagai asam indolasetat (IAA). Selanjutnya nama auksin digunakan untuk nama kelompok hormon dan zat pengatur tumbuh yang menimbulkan respon khas IAA. Tumbuhan sendiri mengandung 3 senyawa lain yang mirip dengan IAA baik struktur maupun respon yang diakibatkannya dan digolongkan sebagai auksin alami contohnya adalah Asam 4-kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang banyak ditemukan pada biji muda kacang-kacangan, Asam phenilasetat (PAA) terdapat pada kebanyakan tanaman, dan Asam indolbutirat (IBA) ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis dikotil.
Adapun zat pengatur tumbuh (ZPT) ada yang tergolong sebagai auksin sintesis karena kemampuannya menimbulkan banyak respon fisiologis seperti yang ditimbulkan IAA, yaitu : asam a-naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorophenoksiasetat (2,4-D), asam 2-metil-4klorophenoksiasetat (MCPA) , asam 2-naftalosiasetat (NOA), asam 4-klorophenoksiasetat (4-CPA), asam p-klorophenoksiasetat (PCPA), asam 2,4,5-triklorophenoksiasetat (2,4,5-T), asam 3,6-dikloroanisik (dikamba), dan asam 4-amino-3,5,6-triklorophikolinik (pikloram).


Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xile dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah. Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman.

Efek paling penting auksin adalah
1. pembesaran sel, dengan cara membuat dinding selulosa menjadi kenyal, meningkatkan potensi osmotic cairan sel, anyaman dinding fibril selulosa yang menyusun kerangka dinding sel menjadi kendor, memacu penambahan fibril selulosa.
2. Dominansi apical , bila kuncup ujung dibuang, maka akan merangsang mata tunas samping untuk tumbuh.
3. Auksin terlibat dalam berbagai tahapan reproduksi seperti serbuk sari, buah dan biji. Tanaman bias menghaslkan buah tanpa biji.

Peranan auksin
1) Pengembangan Sel :, adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi lunak.
2) fototropisme, sel yang tdk tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi, maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil disinari.
3) geotropisme, transportasi auksin kea rah bwh akibat pengaruh geotropisme., tan yag diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung auksin lebih tinggi.
4) apical dominant. Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendoron pertumbuhan tunas laterall/samping
5) perpanjangan akar. Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pemberian auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan akar, tetapi meningkatkan jumlah akar.
6) Pertumbuhan batang (stem growth), Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan berhenti, kandungan auksin tertinggi di pucuk.
7) partenocarpy (pembentukan buah tanpa biji). Pertumbuhan ddg ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin.
8) pertumbuhan buah, Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran buah, pertumbuahan buah bisa lebih cepat.



Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.
Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" [2]. Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa [1] Yabuta disebut isolat giberelin. [1

Gibberillin (GA) merupakan kelompok lainnya dari zat pengatur tumbuh atau hormon. Kelompok ini dikenal dan dicirikan oleh adanya struktur dasar kimia yang disebut rangka’gibbane’. Giberelin disintesakan dari asam mevalonat (MVA) di jaringan muda dipucuk dan pada biji yang sedang berkembang. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GA dengan berbagai variasi aktivitas biologinya, hanya 2-3 saja yang dapat dikatakan komersial. Gibberillic acid (GA3) adalah salah satu contoh GA sintetik yang telah banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan.
Penambahan GA kedalam media kultur jaringan dijumpai banyak mengakibatkan munculnya akar atau tunas. Pada percobaan kalus atau eksplan dengan pemberian GA yang dibarengi dengan pemberian auksin atau sitokinin dalam konsentrasi yang sama akan mendorong proses morfogenesis yang normal tetapi kadang malah menghambat.
Efek giberelin adalah pemanjangan batang, (bisa bergelendong dan berwarna kuning).

Sitokinin merupakan nama kelompok hormon tumbuh yang sangat penting sebagai pemacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan. Seperti halnya pada auksin, selain sitokinin alami juga terdapat sintetisnya yang tergolong dalam zat pengatur tumbuh. Kinetin adalah merupakan sitokinin yang pertama kali ditemukan oleh mahasiswa Profesor Skoog’s bernama Carlos Miller (1954) pada laboratorium di Universitas Wisconsin, yaitu senyawa sangat aktif yang terbentuk dari hasil penguraian sebagai DNA tua sperma ikan hering atau DNA yang diautoklaf yang menyebabkan terus tumbuhnya kalus tembakau.
Sitokinin alami ditemukan lebih dari 30 jenis yang terdapat dalam bentuk sitokinin bebas, sebagai glukosida atau ribosida. Berikut adalah 2 contoh sitokinin alami yang paling banyak digunakan dalam kulturjaringan, yaitu Zeatin (4-hydroksi-3-memethyl-trans-2-butenylaminopurine) dan 2-iP (N6-(2-isopentyl) adenin).


Etilin Hormon Tumbuhan Mempercepat Proses Pematangan Buah
Etilin jumlahnya sangat rendah (kurang lebih 0,1 ppm, yaitu seperjuta dari volume bahan) dalam setiap bahan. Etilin merupakan satu-satunya hormon tumbuh yang bersifat gas bergerak secara difusi dan terbentuk pada setiap jaringan yang mengalami penuaan atau stress.

Keberadaanya berkaitan dengan jumlah auksin alami pada tanaman, ada fenomena keseimbangan antara level auksin dan etilin. Beberapa etilin sintetik telah mampu dibuat dan ditemukan, yang paling banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan tanaman adalah ethephon (2-CEPA atau 2-choloroethylphosphonic acid).

Sel, jaringan ataupun organ dalam kultur in vitro selalu memproduksi etilin. Etilin selanjutnya dapat berakumulasi didalam wadah kultur dan dapat pula berdifusi melalui penutup botol. Sehingga jumlahnya akan sangat bervariasi tergantung ukuran wadah dan macam penutup wadah (kapas, busa, kasa, aluminium foil, parafilm dan lain-lain), selain itu juga tergantung pada tipe jaringan yang ditumbuhkan, berat jaringan dan juga media.

Pengaruh etilin terhadap sel, jaringan atau organ dalam kultur in vitro belum diketahui dengan jelas. Pengaruh etilin terhadap kalus, morfogenesis, pembentukan tunas adventif dan aksilar, pembentukan akar tidak begitu specifik.

Artinya ada yang mendorong dan ada pula yang melaporkan sebaliknya, tentu ini tergantung terutama pada jenis tanaman dan konsentrasi dari etilinnya. Misalnya: etilin mampu mempengaruhi pertumbuhan kalus yang tidak terdiferensiasi dari eksplan batang (Wallace 1928; dan Evari, 1961).

Pengaruh fisiologis etilen adalah mendorong perkecambahan biji dan tunas, pembungaan tanaman, senescence buga dan daun, pembentukkan bunga betina pada tanaman berumah satu. Pengaruh utamanya adalah mempercepat proses pematangan buah.

ASAM ASISAK
ABA merupakan hormon tanaman yang secara alamiah disintesis dalam plastida atau kloroplas dan ditemukan pada berbagai jenis tanaman. ABA banyak diproduksi tanaman terutama bila tanaman berada dalam keadaan stress. ABA tergolong dalam zat penghambat tanaman atau inhibitor tanaman karena kerjanya pada umumnya berlawanan dengan hormon pendorong seperti auksin, sitokinin dan gibberillin. Peran fisiologis ABA terutama dalam pengaturan stomata, dormansi tunas, dormansi biji dan absisi organ tanaman (misalnya: daun, bunga, buah).
Umumnya ABA dipakai di dalam kultur jaringan pada konsentrasi 5-50 mg/l. Pada beberapa jenis tanaman dilaporkan bahwa pemberian ABA dengan konsentrasi yang rendah mampu mendorong pembentukan kalus. ABA didalam proses pembentukan embrio somatik dan benis somatik telah banyak dicobakan. Penambahan ABA pada kegiatan ini telah terbukti mampu mendorong pematangan embrio somatik dan pada benih mampu menginduksi dormansi.

ABA juga diakui mampu meningkatkan ketahanan jaringan pada upaya preservasi plasma nutfah. ABA juga berperan dalam proses morfogenesis sejumlah tanaman. Pertama dilaporkan oleh Heide (1968) yang melaporkan bahwa pemberian ABA berbagai variasi konsentrasi telah mampu mendorong pembentukan tunas pada kultur jaringan tanaman Begonia.

Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Golongan ZPT :
a. Auksin : NAA, IBA, IAA, 2,4D
b. Sitokinin : BA, TDZ, Kinetin, Zeatin
c. Gibereliin : GA3, GA4
d. Zat Penghambat : etilen, ABA


Plant regulator
Peranan auksin:
a. Pembentukkan akar
b. Induksi dan morfogenesis kalus
c. Peran fisiologis lain dominansi apical, pembungaan pada bromeliace, response tropisme serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah.fototropisme, geotropisme, partenokarpi

Peranan GA :
a. Pembentukkan tunas dan akar bersama Auksin dan sitokinin
b. Pemanjangan sel
c. Peran fisiologis lain : pembentukkan bunga, pemecah dormansi biji.

Peranan Sitokinin :
a. Menstimulir terjadinya pembelahan sel
b. Pembentukkan tunas
c. proliferasi meristem ujung
d. mendorong pembentukan kloropil pada kalus e. Peranan fisiologis lain Sitokinin menahan menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil seimbang dalam daun ( daun menguning ketika protein pecah dan klorofil rusak)

Perananan ABA :
a. hormon tanaman yang secara alamiah disintesis dalam plastida atau kloroplas
b. tergolong zat penghambat tanaman atau inhibitor tanaman
c. diproduksi tanaman terutama bila tanaman berada dalam keadaan stress.

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu
Auksin
Sitokinin
Giberelin atau asam giberelat (GA)
Etilena
Asam absisat (ABA)
Asam jasmonat
Steroid (brasinosteroid)
Salisilat
Poliamina.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral Þ berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu Þ di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya Þ mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a. Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
- membantu perkecambahan
- dominasi apikal
b. Giberelin adalah senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium moniliformae, ditemukan oleh F. Kurusawa. Fungsi giberelin :
- pemanjangan tumbuhan
- berperan dalam partenokarpi
c. Sitokinin
Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini merangsang pembelahan sel.
d. Gas etilen
Banyak ditemukan pada buah yang sudah tua
e. Asam absiat
f. Florigen
g. Kalin
Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
- Rhizokalin
- Kaulokali
- Filokalin
- Antokalin
h. Asam traumalin atau kambium luka
Merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka
Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin. Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan pada tahun 1930-an bahkan saat itu hormon mula-mula dimurnikan dari air seni. Karena semakin banyak hormon ditemukan maka efek serta konsentrasi endogennya dikaji. Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.

Hormon ABA (Asam absisat)
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).

TANAMAN LEGUM

Terjemahan agrotek tanaman legum hari 1
Munculnya
Tergantung pada kelembaban tanah, suhu tanah, dan penanaman kedalaman, VE atau munculnya terjadi satu sampai dua minggu setelah tanam. Pada tahap ini, kotiledon berada di atas permukaan tanah. Hilangnya kotiledon sebelum tahap pertumbuhan V1 dapat menyebabkan penurunan hasil 8 sampai 9 persen. Pembentukan nodul biasanya dimulai pada tahap pertumbuhan.
Pre
Germination dimulai setelah benih kedelai menyerap air sebesar sekitar 50% dari berat. Air diserap rehydrates sel dan metabolisme dimulai dalam benih. Pemanjangan sel di radikula penyebab ini akar utama untuk mendorong melalui kulit biji dan ke dalam tanah. Dead benih akan menyerap air dan membengkak besar tetapi sedikit atau tidak ada pertumbuhan akar akan terjadi. Struktur samping adalah hipokotil yang memanjang. Its perpanjangan menarik kotiledon melalui tanah dan sampai ke permukaan tanah. Setelah di sinar matahari, hipokotil akan meluruskan tegak untuk benar-benar membawa kotiledon keluar dari tanah. Tahap ini VE.
Kotiledon
Pada tahap pertumbuhan kotiledon telah sepenuhnya berkembang dan daun unifoliate telah dilipat. Daun unifoliate terletak pada node sejati pertama pada tanaman. Bernomor V-tahap mulai pada node pertama di atas daun unifoliate (V1 sebenarnya pada node benar kedua pada tanaman).
V1
Meskipun merupakan simpul benar kedua, tahap ini menandai node pertama di mana trifoliolate pertama diproduksi. Trifoliate ini dianggap berkembang penuh saat leaflet di node benar ketiga dilipat (leaflet tepi tidak menyentuh lagi).
VE to V4
Tahap V mulai dengan VE (kotiledon di atas tanah) dan VC (hipokotil diluruskan, tapi daun unifoliolate tidak dilipat). Untuk menentukan tahap vegetatif lain, Anda harus menghitung jumlah node pada batang utama. Mulai menghitung dari node di mana daun unifoliolate sedang atau telah terpasang. Ini node dan satu di bawah ini (node kotiledon) adalah tempat hanya pada kedelai batang di mana dua luka tangkai daun terletak berlawanan satu sama lain pada batang. Lanjutkan menghitung sampai Anda mencapai titik paling atas dengan penuh developedleaf.
Sebuah daun sepenuhnya dikembangkan adalah salah satu yang memiliki daun di atasnya dengan selebaran dilipat. Hal ini ditentukan dengan memperhatikan margin leaflet. Jika tepi leaflet tidak lagi saling bersentuhan kemudian daun telah dilipat. Dengan demikian, tanaman V2 telah dilipat daun pada tiga node termasuk dua node mana daun trifoliolate yang terpasang. Ingatlah untuk menghitung node bahkan jika daun pada node yang telah jatuh dari pabrik, dan hanya node batang utama dihitung.


Stadia vgetatif
Bibit pembentukan selesai pada saat tanaman memiliki 3 atau 4 daun. Perkembangan vegetatif terus secepat daun tambahan dimulai dan mulai ekspansi. Pertumbuhan Cabang dimulai selama periode ini. Cabang menghasilkan node, daun, bunga dan polong mirip dengan batang utama.
PENGELOLAAN TANAH PADA
PERTANAMAN KEDELAI
Tanah perlu dipersiapkan untuk pertumbuhan Kedelai yg optimal.
Tanah untuk:
1. Tempat tumbuh tanaman
2. Tempat cadangan unsur hara & air.
Pengolahan Tanah:
1. Pemecahan & penggemburan
tanah,
2. Pembenaman sisa tanaman &
gulma,
3. Perataan tanah,
Tanah yang cocok u/ Kedelai:
1. Subur
2. Gembur
3. Kaya bahan organik
Pengolahan tanah pada pertanaman Kedelai:
1. Bekas padi sawah,
2. Lahan tegalan.
Keasaman tanah u/ Kedelai:
1. Cocok pada pH 5,8-7,0
2. Pada pH masam (<5)
kurang baik
3. Pada pH alkalis kahat Fe.
Pada pH masam:
Pengapuran total atau pada larikan
PEMUPUKAN
Bakteri
Faktor lingkungan
Fisik, kimia, biologis tanah
Kelembapan, suhu.
Fungsi P
Merangsang perkembangan akar
Mempercepat panen
Menambah nilai gizi pada biji
Mobilitas P sangat terbatas
Cara pemupukan  lapis olah
5 – 20 % terserap pada th I
P  tgt pH
PENGAIRAN
MUTLAK PERLU
Penyerapan hara
Distribusi (transportasi)
Fotosintesis
Turgor sel
Stabilisasi suhu
Dengan drainase dan airase yang cukup, kedelai akan tumbuh dengan baik.

• KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.)
• TAKSONOMI
• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Klas : Dicotyledoneae
• Ordo : Polypetalae
• Famili : Papilionidae
• Subfamili : Leguminosae
• Genus : Arachis
• Spesies : Arachis hypogaea
• TIPE PERTUMBUHAN
• Berdasarkan bentuk/letak cabang lateral dibedakan :
 tipe menjalar : runner, trailing, prostate, dan procumbent
 tipe tegak : upright, erect bunch, dan bunch
• Berdasarkan posisi cabang primer terhadap batang utama, kacang tanah dibedakan :
 Procumbent 1 (cabang menjalar)
 Procumbent 2 (cabang dan batang utama menjalar)
 Decumbent 1 (cabang menjalar dengan ujung sedikit ke atas)
 Decumbent 2 (cabang menjalar dengan pertengahan cabang ke atas)
 Decumbent 3 (cabang lateral ke atas)
 Erect (cabang lateral tegak)
Contoh vrietas:gajah,tapir tupai,lelinci,landak,kidangmacan,banteng

• FASE PERTUMBUHAN
• Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada :
 jumlah buku pada batang utama,
 perkembangan bunga sampai menjadi polong masak,
 pertumbuhan buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh

PENANDAAN FASE TUMBUH KACANG TANAH
VE: Kecambah : Kotiledon baru muncul di atas tanah
VK: Kotiledon terbuka
V1: Buku kesatu : Daun bertangkai empat pada buku pertama & telah berkembang penuh
V2:stadia pada buku ke 2
V3:stadia pada buku ke 3
Vn:stadia pada bku ke N
• FASE VEGETATIF
• Dimulai sejak perkecambahan s/d awal pembungaan, berkisar antara 26 – 31 HST.
• Dibagi menjadi 3 stadia, yaitu:
- perkecambahan (4-6 hari),
- pembukaan kotiledon (keesokan harinya),
- perkembangan daun tetrafoliate.

STADIA TUMBUH
R1;mulai berbunga
R2pembentukan genofor
R3pembentukan polong
R4polong penuh
R5pembentukan biji
R6biji penuh
R7biji mulai masak
R8masak panen
• FASE REPRODUKTIF
• Penandaan didasarkan atas adanya bunga, buah, dan biji.
• Fase reproduktif dibagi menjadi 9 stadia :
- mulai berbunga (R1)
- pembentukan ginofor (R2)
- pembentukan polong (R3)
- polong penuh/maksimum (R4)
- pembentukan biji (R5)
- biji penuh (R6)
- biji mulai masak (R7)
- masak panen (R8)
- polong lewat masak (R9)
• Stadia Pembungaan (R1)
• Pembungaan dimulai sekitar hari ke-27 sampai 32
• Jumlah bunga setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama pengisian polong.
• Jumlah bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh : varietas, suhu, dan kelembaban.

• Pertumbuhan polong dan biji (R3-R9)
• Pembentukan polong (R3) dimulai ketika ujung ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 sampai ke-45 setelah tanam atau 1 minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah.
• Polong penuh (R4) dicapai pada hari ke-44 sampai ke-52 setelah tanam atau 1 minggu setelah pembengkakan gonofor.
• Pembentukan biji (R5) dimulai setelah polong mencapai ukuran maksimum, antara hari ke-52 sampai ke-57 setelah tanam.
• Biji penuh (R6) dicapai antara hari ke-60 sampai ke-68 setelah tanam atau 4-5 minggu setelah ginofor menembus tanah.
• Pada stadia R5 dan R6, polong telah memperlihatkan perubahan warna kulit luar dari putih menjadi kuning kecoklatan dan guratan pada kulit polong bagian luar sudah jelas dan permukannya kasar.
• Stadia pematangan biji (R7) dimulai antara hari ke-68 sampai ke-75 setelah tanam atau 5-6 minggu setelah ginofor menembus tanah.
• Stadia R7 dicirikan oleh timbulnya bintik-bintik hitam di kulit polong bagian dalam, tetapi belum begitu jelas. Warna polong bagian luar semakin gelap

PENGOLAHAN KEDELAI
KEDELAI REBUS
KEDELAI GORENG
TEMPE
TAHU
SUSU KEDELAI
KECAP
DLL
Memilih Kedelai Untuk Susu Kedelai

1. kedelai local
2. import.
Para pembuat susu kedelai lebih memilih kedelai import dengan beberapa pertimbangan :
1. Kedelai import lebih mudah didapat.
2. Daya mengembang kedelai import setelah direndam selama 8-12 jam ternyata lebih maksimal, bisa 3 kali lipat dari ukuran sebelum direndam. (kedelai local biasanya cuma 2 kali besarnya setelah direndam)
3. Sari atau susu kedelai hasil proses dari kedelai import lebih jernih
4. Nutrisi yang terkandung di dalam kedelai import lebih baik dan sempurna karena dipanen sesuai jangka waktunya panen. Sedangkan kedelai local sering dipanen petani kita sebelum genap waktunya panen sehingga tingkat kematangan umur kacang kedelai belum maksimal.
5. Kedelai import lebih tahan lama disimpan karena tingkat kandungan air lebih kecil, coba bandingkan dengan kedelai local jika disimpan agak lama akan keluar kutu dari kacangnya karena kandungan airnya lebih banyak sehingga mudah busuk.
MEMBUAT SUSU KEDELAI
MEMBUAT SUSU KEDELAI
SELAMAT MENIKMATI

KEWIRAUSAHAAN 2

ENTERPRENEURSHIP
• suatu kemampuan mengelola kemampuan diri agar dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan secara optimal sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang (for better life!)
• Enterpreneur yang sukses memiliki:
• kemampuan (IQ dan skill):
• membaca peluang
• berinovasi
• mengelola
• menjual
• Keberanian (EQ dan mentalitas):
• mengatasi ketakutan
• mengendalikan resiko
• keluar dari zona kenyamanan
• Enterpreneur yang sukses memiliki:
• Keteguhan hati (motivasi):
• persistence (keuletan, pantang menyerah)
• determinasi (ketegaran, keyakinan diri)
• kekuatan pikiran (saya bisa)
• Kreativitas à inspirasi, gagasan orisinal untuk mengkonstruksi peluang berdasarkan intuisi

AGRIBISNIS
Sistem agribisnis :
Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain


Sub-sistem agribisnis :
1. Sub-sistem faktor input pertanian (input factor
sub-system) = pengadaan saprotan
2. Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system) = budidaya pertanian/usahatani
3. Sub-sistem pengolahan hasil pertanian
(processing sub-system) = agroindustri hasil
pertanian
4. Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system) faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan
5. Sub-sistem kelembagaan penunjang
(supporting institution sub-system) =
subsistem jasa (service sub-system)
On-farm activities(usahatani) : budidaya
pertanian
Off-farm activities(luar usahatani) :

1. Pengadaan sarana produksi
2. Agroindustri pengolahan
3. Pemasaran dan jasa-jasa penunjang
BEBERAPA PENGERTIAN AGRIBISNIS
1. Pengertian fungsional
Rangkaian fungsi-fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia.
Sistem agribisnis mencakup 3 aspek utama :
a. aspek pengolahan usaha (produksi) pertanian :
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
perikanan
b. aspek produk penunjang keg. pra-pasca panen :
industri penghasil pupuk, bibit unggul, dll
c. aspek sarana penunjang : perbankan, pemasaran,
penyuluhan, penelitian
2. Pengertian struktural
- Kumpulan unit usaha atau basis yg
melaksanakan fungsi-fungsi dari masing-
masing sub-sistem
- Tidak hanya mencakup bisnis pertanian
yang besar, tetapi skala kecil dan lemah
(pertanian rakyat)
Bentuk usaha :
PT, CV, Perum, Koperasi, dll
Sifat usaha :
- Homogen
- Heterogen
- Berteknologi tinggi atau tradisional
- Komersial atau sub-sisten
- Padat modal-padat tenaga kerja
MANAJEMEN
Suatu proses untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan dengan menggunakan SD yang tersedia

Manajemen :
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Pengertian Produksi Agribisnis
Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai
seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi
dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha
pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan
hasil olahan produk-produk tersebut).
Manajemen agribisnis dapat diartikan sebagai
seperangkat keputusan untuk mendukung proses
produksi agribisnis, mulai dari keputusan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses
produksi.
• Kekhususan Manajemen Agribisnis
• Keanekaragaman jenis bisnis yg besar
• Besarnya jumlah Agribisnis
• Kanekaragaman ukuran usaha
• Agribisnis skala kecil hrs bersaing dgn yg skala besar
• Falsafah hidup tradisional
• Cenderung berorientasi pd keluarga & masyarakat
• Sifat produk musiman
• Bertalian dengan gejala alam
• Produk tidak tahan lama
• Produk mudah rusak
• Dampak program & kebijakan pemerintah mengena langsung pada pelaku-pelaku Agribisnis
• MANAJEMEN PRODUKSI
• PERTANIAN
• 􀁺 Usaha produksi pertanian, produksi primer,
• sangat variatif dan sangat tergantung kepada
• jenis komoditas yang diusahakan.
• 􀁺 Manajemen produksi pertanian mencakup
• kegiatan perencanaan, pengorganisasian
• input-input dan sarana, pelaksanaan,
• pengawasan, evaluasi, dan pengendalian.
• Ruang lingkup manajemen
• produksi pertanian
• 􀁺 Perencanaan Produksi Pertanian
• 1. Pemilihan Komoditas Pertanian
• 2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan
• Penempatan Fasilitas
• 3. Skala Usaha Pertanian
• 4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
• 􀁺 Pengorganisasian Input-input dan Sarana
• Produksi Pertanian
• 􀁺 Kegiatan Produksi Pertanian
• 􀁺 Pengawasan Produksi Pertanian
• 􀁺 Evaluasi Produksi Pertanian
• 􀁺 Pengendalian Produksi Pertanian

Pemilihan Komoditas Pertanian
􀁺 Pemilihan komoditas yang akan diusahakan
memegang peranan penting dalam keberhasilan
usaha produksi pertanian.
􀁺 Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan
menjadi prioritas utama, tetapi perlu
dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan
pemasarannya.
􀁺 Bisa terjadi komoditas bernilai ekonomis dalam
produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah produksi
dan wilayah pemasaran yang akan dituju.
􀁺 Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan
jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi
topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian
dan Penempatan Fasilitas
􀁺 Untuk usaha agribisnis berskala kecil mungkin
pemilihan lokasi produksi tidak menjadi suatu
prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di
daerah domisili para petani.
􀁺 Usaha agribisnis yang berskala menengah ke atas,
seperti perusahaan perkebunan, peternakan,
perikanan, dan dikelola oleh perusahaan dengan modal
investasi yang berjumlah besar, maka pemilihan lokasi
tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan
dan kesinambungan usaha.
Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam
pemilihan lokasi:

􀂙 ketersediaan tenaga kerja
􀂙 ketersediaan prasarana dan sarana
fisik penunjang
􀂙 lokasi pemasaran
􀂙 ketersediaan insentif wilayah

􀁺 Insentif wilayah juga merupakan faktor
pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi
produksi.
􀁺 Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan
pemerintah daerah yang terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan operasi
produksi tersebut.
􀁺 Insentif wilayah yang memiliki daya tarik bagi
investor untuk berusaha di daerah:
1. Kebijakan pajak
2. Kebijakan dan peraturan tenaga kerja
3. Kebijakan investasi
4. Budaya pelayanan publik
5. Efektivitas pelayanan publik

Skala Usaha Pertanian
> Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan
pasar.
> Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang
sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami
kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan.
> Ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan,
serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus
diperhitungkan.

> Skala usaha yang besar, secara teorietis, akan dapat
menghasilkan economics of scale yang tinggi.
Kadang kala sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis
yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi
komoditas pertanian yang khas.
> Dalam merencanakan usaha produksi pertanian, maka
keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting.
Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga
menyebabkan skala usaha kecil di bidang agribisnis
kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis.

Perencanaan Produksi Pertanian
􀁺 Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan
program, baik program yang sifatnya umum
maupun yang spesifik, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
􀁺 Suatu usaha produksi yang baru memerlukan
perencanaan yang bersifat umum atau yang
sering disebut sebagai praperencanaan.


􀁺 Faktor-faktor yang sangat penting dan harus diputuskan
dalam praperencanaan dalam agribisnis, khususnya
subsistem produksi primer/usaha tani, adalah
pemilihan komoditas, pemilihan lokasi produksi dan
pertimbangan fasilitas, serta skala usaha.
􀁺 Setelah ketiga hal tersebut diputuskan, maka dibuat
rencana yang lebih spesifik menyangkut kebutuhan
input-input serta perlengkapan produksi.

• PEMASARAN
 Aliran produk secara fisik dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.
 Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dg menciptakan, menawarkan & mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain.

Pemasaran melibatkan banyak
kegiatan yang berbeda yang
menambah nilai produk pada saat
produk bergerak melalui sistem
tersebut

• Kegiatan Pemasaran
• Distribusi
• Transportasi
• Pengemasan
• Pemberian Label
• Standarisasi
• Grading


• Peningkatan kegunaan :
• Kegunaan bentuk
Susu à Mentega
• Kegunaan waktu
Bahan segar à Kaleng
• Kegunaan tempat
Perbedaan harga antara dua atau lebih lokasi
• Kegunaan kepemilikan
Produsen à Penjual à Konsumen
• Tujuan Sistem Pemasaran
• Maksimalisasi Konsumsi
• Maksimalisai Utilitas (Kepuasan) Konsumsi
• Maksimalisasi Pilihan
• Maksimalisasi Mutu Hidup
Kualitas, Kuantitas, Ketersediaan, Harga, Lingkungan
• Efisiensi Pemasaran
Efisiensi :
Peningkatan rasio “keluaran-masukan”
• Umumnya dapat dicapai dengan salah satu di antara empat cara berikut :
• Keluaran tetap konstan, masukan mengecil
• Keluaran meningkat, masukan konstan
• Keluaran meningkat dlm kadar yg lebih tinggi dari peningkatan masukan
• Keluaran menurun dlm kadar yg lebih rendah dari penurunan masukan
• Fungsi pemasaran
• Fungsi pertukaran
• Fungsi fisik
• Fungsi penyediaan sarana

• Fungsi pertukaran
Produk harus dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran
Misal :
• Produsen – Konsumen
• Produsen – Tengkulak
• Tengkulak – Pedagang Besar
• Tengkulak – Pengecer
• dsb
• Harga terbentuk dari bertemunya antara penawaran dengan permintaan dalam pasar persaingan
• Pihak yang terlibat bisa banyak
Produsen, tengkulak, pedagang besar, agen/distributor, pedagang antar kota, pedagang pengecer, konsumen, dsb
• Pihak-pihak tsb ada yang mempunyai hak milik, ada yang tidak tetapi masing-masing mendapat imbalan sesuai dengan jasanya
• Kebanyakan produk Agribisnis dijual/dibeli beberapa kali selama proses pemasaran
• Fungsi fisik

> Pengangkutan, penggudangan, pemrosesan produk
> Mengingat sifat produk pertanian yang musiman, mudah rusak dan tidak tahan lama, membuat fungsi fisik sangat perlu diperhatikan






Fungsi penyediaan sarana
> Informasi pasar
sumber/produsen, harga pada beberapa pasar, mutu, tarif angkutan, dsb
> Standarisasi mutu
Standarisasi komoditi pertanian dalam bentuk segar lebih sulit distandarisasi dari pada produk dalam bentuk olahan
• Pembiayaan

Lembaga keuangan negara & swasta, kebijakan pemerintah (kredit ringan, bantuan modal), dsb
• Penanggungan resiko
Resiko Fisik :
angin, kebakaran, banjir, pencurian, kerusakan, dsb
Resiko Pasar :
Tidak laku, harga jatuh, persaingan ketat
• Usaha mengurangi resiko :
• Resiko fisik
Misal : Asuransi, pengemasan, transportasi dg pendingin, pemasangan tanda bahaya, dsb
• Resiko pasar
Misal : Diversifikasi usaha, kontrak di muka, dsb
• Biaya Pemasaran
> Menunjukkan bagian dari pembayaran
konsumen yang diperlukan untuk
menutup biaya yang dikeluarkan dalam
proses pemasaran
 Bagaimana biaya pemasaran produk
pertanian ?
• Biaya Pemasaran
• Biaya transportasi
• Biaya pengemasan
• Biaya merek dagang
• Pajak
• Biaya resiko kerusakan
• dsb
• Saluran pemasaran
 Jejak perpindahan barang dari produsn ke
konsumen akhir
Contoh : Jeruk
Petani à Tengkulak à Pedagang Pengumpul
à Pedagang Pengecer à Konsumen
 Semakin panjang saluran pemasaran, biaya
pemasaran akan semakin besar.
Margin Pemasaran :
Selisih harga di tingkat produsen dengan di
tingkat konsumen
Biaya Pemasaran ?
Margin Pemasaran ?
Apa
Biaya Pemasaran = Marjin Pemasaran
?????

FLORIKULTUR DAN POMOLOGI

 PENDAHULUAN
Hortus (= garden) = kebun
 Horticulture
Colere (= to cultivate) = budidaya
Horticulture is about food for body and soul
 Cabang dari ilmu pertanian tentang budidaya secara intensif tanaman-tanaman yang digunakan untuk bahan pangan, obat-obatan dan pemenuhan estetika manusia.
 PERANAN HORTIKULTURA
 memperbaiki gizi masyarakat,
 pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
 meningkatkan pendapatan petani,
 memperluas kesempatan kerja,
 memperbesar devisa negara.
 SIFAT PRODUK HORTIKULTURA
 tidak dapat disimpan lama,
 perlu tempat lapang (voluminous),
 mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,
 melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain,
 fluktuasi harganya tajam.
 PELUANG
 meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat
 kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun
 perkembangan sektor agroindustri
 peningkatan ekspor
 MASALAH BUAH-BUAHAN INDONESIA
Buah-buahan Indonesia dikenal sebagai buah tropis dan exotic fruits
 Kontinyuitas dan kualitas produksi (buah segar dan bahan baku iagroindustri) belum terjamin.
 Produk yang dihasilkan beragam dalam bentuk, ukuran, rasa, warna, dan jumlah.
 Lokasi produksi tersebar dan dalam skala kecil.
 Penanganan pasca panen kurang memadai.
 Jaringan transportasi dan fasilitas angkutan yang ada masih terbatas.
 Koordinasi antar lembaga belum efektif.
 Market information dan market intelligence (sebagai bagian dari sistem manajemen informasi pemasaran) masih banyak kelemahan.
 TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN BUAH-BUAHAN
TUJUAN
 Meningkatkan produksi dan mutu komoditas buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri.
 Meningkatkan penerapan budidaya ramah lingkungan untuk menghasilkan produk aman konsumsi.
 Mendorong penumbuhan dan pemantapan kawasan sentra produksi buah-buahan, sebagai kawasan agribisnis.
 Meningkatkan pengembangan kerjasama antar sentra agribisnis buah-buahan menjadi jaringan kawasan agribisnis buah-buahan.
 Meningkatkan pembinaan pemberdayaan kelembagaan usaha untuk memperoleh ketrampilan dan penguasaan teknologi serta meningkatkan kemampuan manajemen agribisnis.
SASARAN
 Semakin tercukupinya kebutuhan buah-buahan dalam negeri dan meningkatnya volume ekspor.
 Diperolehnya produk buah-buahan yang bermutu tinggi dan aman konsumsi.
 Diperolehnya produk yang mempunyai daya saing di pasar dalam dan luar negeri.
 Terbentuknya sentra produksi buah-buahan dan kawasan agribisnis buah-buahan.
 Terwujudnya kelembagaan usaha yang profesional di sentra produksi dan kawasan agribisnis buah-buahan.
KEBIJAKSANAAN
 Pengembangan perbenihan
penumbuhan industri perbenihan dalam negeri, pemanfaatan varietas unggul nasional, peningkatan ketersediaan benih bermutu, dan penggunaan benih impor sebagai suplemen.
 Peningkatan produksi dan mutu produk
peningkatan produktivitas dan mutu melalui pengelolaan usahatani dengan menerapkan teknologi maju yang efisien untuk menghasilkan buah-buahan yang kompetitif sesuai permintaan pasar
 Perlindungan hortikultura
Didasarkan pada penerapan sistem PHT, yang menekankan pendekatan pengelolaan ekosistem secara keseluruhan dan memperhatikan semua faktor yang terkait dalam usahatani.
 Pengembangan usaha buah-buahan
melalui pendekatan pengembangan komoditas yang berorientasi pasar dengan memperhatikan karakteristik permintaan konsumen, daya saing, keberlanjutan, efektif dan efisien.
 Pengembangan manajemen agribisnis buah-buahan
mencakup aspek koordinasi dan membangun jaringan informasi dan kerjasama.
 STRATEGI
Diarahkan pada :”peingkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk pada sentra produksi dan wilayah pengembangan sesuai pewilayahan komoditas unggulan.”
 Pembinaan produksi komoditas unggulan
 Pembinaan pewilayahan komoditas
 Pembinaan penerapan teknologi
 Pembinaan perbenihan
 Pembinaan perlindungan produk
 Pembinaan kelembagaan usaha
 Pembinaan pengembangan sentra produksi
 Pembinaan pengembangan jaringan Kawasan Agribisnis Hortikultura (KAHORTI)
 Pemasyarakatan produk buah-buahan tropis
 Sinkronisasi perencanaan
 Peningkatan pengelolaan sumberdaya
 Pengembangan data dan informasi produk buah-buahan.




• PEMANGKASAN
• Tujuan
• Umum F membentuk tanaman supaya percabangannya teratur dan memper-tahankan bentuk tajuk.
• Khusus F tergantung jenis pemangkasan
• Pemangkasan bentuk: tanaman memiliki bentuk tajuk tertentu (payung atau ellipsoid)
• Pemangkasan pemeliharaan: tanaman tetap vigor dan cahaya matahari masuk ke dalam tajuk dan sirkulasi udara baik.
• Pemangkasan produksi: meningkatkan jumlah tunas dan ranting generatif
• Pemangkasan Bentuk
• Fungsi :
membentuk pohon buah yang perdu
meningkatkan perkembangan tunas yang lebih baik
cabang bertambah kuat
• Waktu :
pada awal tanam
• Pemangkasan Pemeliharaan
• Fungsi:
membuang cabang atau ranting tua, kering dan/atau mati
membuang tunas air yang tumbuh pada cabang
cahaya dan sirkulasi udara dapat masuk ke dalam kanopi tanaman
• Waktu:
dapat dilakukan setiap saat (kapan saja)
• Pemangkasan Produksi
• Fungsi:
memperbanyak tunas pucuk terminal sehingga akan menambah peluang jumlah ranting generatif
• Waktu
saat atau setelah panen.
• Tabel 1. Pengaruh waktu pemangkasan tunas pucuk terhadap tunas produktif pada mangga Arumanis 143
• Tabel 2. Pengaruh persentase pemangkasan tunas terhadap tunas produktif pada mangga Arumanis 143
• PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN BUAH
Produksi buah dalam satu musim dibatasi oleh:
1. Jumlah tunas bunga yang berkembang
2. Jumlah tunas bunga yang mencapai anthesis
3. Jumlah bunga yang berkembang dan membentuk menjadi buah sampai masak
• Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan & Perkembangan Buah
• Faktor Endogen
1. Jumlah sel per buah
2. Rasio daun/buah
3. Suplai makanan
4. Pembentukan dan distribusi biji
• Faktor Eksogen
1. Temperatur
2. Ketersediaan air
3. Angin
4. Cahaya

• Faktor Penyebab Pembentukan Buah Jelek
• Kurang atau tidak ada penyerbukan karena tidak ada atau sedikit pollen yang jatuh pada stigma
ê sebagai akibat dari:
a. penghasil pollen atau pollen steril (male sterility)
b. bunga jantan dan betina pada pohon yang berbeda
c. kepala sari dan kepala putik masak pada waktu berbeda
d. aktivitas hewan penyerbuk rendah
e. kondisi cuaca yang kurang baik
• Kurang atau tidak ada pembuahan dan biji gugur, disebabkan oleh:
a. pollen steril
b. sel telur steril
c. buluh pollen tidak mampu tumbuh mencapai sel telur karena inkompatibel
• Buah muda gugur/rontok
• Kondisi lingkungan kurang atau tidak mendukung (cekaman hara, air, serangan hama/penyakit dll.)

PEMBENTUKAN BUAH
• PEMBENTUKAN BUAH
• Tahap
Pertumbuhan & Pendewasaan
• Sejak penyerbukan sampai dengan terbentuk embrio dan bakal biji (ovule) menjadi biji serta bakal buah (ovary) menjadi buah.
• Terjadi pertambahan ukuran buah sampai tercapai ukuran maksimal dan perubahan morfologi buah.
• Proses berlangsung saat buah masih berada pada tanaman.
• Tahap
Pematangan (Ripening)
• Suatu rangkaian proses perubahan pada buah, ditandai dengan perubahan warna, rasa dan aroma, tekstur, dan derajad respirasi dan produksi etilen yang mengarah pada suatu keadaan buah layak untuk dimakan.
• Pematangan dimulai pada tahap akhir pendewasaan dan merupakan awal dari fase penuaan.
• Pematangan terjadi sebelum atau sesudah buah dipanen
• Pematangan buah bersifat:
kompleks
tidak dapat balik (irreversible)
mempengaruhi mutu dan umur simpan buah.
• Pematangan buah dapat dipacu dengan:
pemetikan
perlakuan dengan gas tertentu
pemberian metabolit tertentu

• Tahap
Penuaan (Senescence)
• Suatu tahap perubahan pada buah, dari proses sintesis (anabolik) digantikan oleh proses degradasi (katabolik) menuju pada kematian jaringan.
• Terjadi sebelum atau sesudah buah dipanen
• SOAL UJIAN SISIPAN
1. Jelaskan permasalahan buah-buahan di Indonesia !
2. Jelaskan alasan mengapa tanaman buah-buahan diperbanyak secara vegetatif !
3. Faktor apa saja yang menyebabkan pembentukan buah jelek ? Jelaskan !

Perubahan Fisik & Kimia pada
Pemasakan
Tahap akhir fase per-kembangan buah, di-mana buah masih ber-ada pada pohon, yang
meliputi pem-besaran sel, akumulasi karbo-hidrat, & konstituen aromatik lainnya, serta
penurunan kadar asam.
Pematangan
Perubahan yang ter-jadi setelah fase pe-masakan, yang diciri-kan oleh melunaknya daging buah, ter-
bentuknya karakteris-tik aroma, & peningkat-an kandungan cairan
buah.

Penuaan
Periode setelah fase
pematangan buah,pertumbuhan buah terhenti dan proses sintesis digantikanoleh




1. WARNA
• Warna pada buah-buahan disebabkan oleh PIGMEN yang
dikandung buah terseb
Pigmen tersebut dapat dibagi menjadi
kelompok, yaitu :
a. khlorofil
b. karotenoid
c. anthosianin
d. flavonoid
KHLOROFIL • Dalam tanaman terdapat beberapa macam khlorofil, tetapi yang
terbanyak adalah khlorofil α dan khlorofil β.
• Selama proses pematangan buah, terjadi perubahan
warna dari HIJAU menjadi KUNING, JINGGA, MERAH, BIRU
atau warna lain.
• Perubahan warna sebagai akibat khlorofil mengalami
perombakan dan terjadi sintesis/peningkatan pigmen
lain (perubahan riil) atau perubahan yang bersifat
pemunculan.

KAROTENOID
• Ada 2 (dua) jenis karotenoid yaitu KAROTEN (tanpa atom oksigen
dalam molekulnya) dan XANTOFIL (mempunyai atom oksigen
dalam molejulnya)
• Pada buah-buahan, jenis karotenoid yang ada biasanya adalah
xantofil, walaupun β karoten jumlahnya relatif besar.
• Pada buah jeruk, karotenoid yang terpenting adalah xantofil,
walaupun jumlah β karoten relatif besar, jumlah xantofil akan
menurun dan jumlah β karoten akan meningkat

ANTHOCIANIN
• Anthocianin (flavonoid) dapat dibagi dalam tiga gugusan penting,
yaitu :
a. Ring dasar yang terdiri atas gugusan glikon (tanpa gula),
b. Gugusan glikon,
c. Asam organik (acyl)
• Jenis gula yang ada pada anthocianin sebagian besar adalah
glukosa dan galaktosa, sehingga anthocianin bersifat larut dalam
air
Warna yang disebabkan oleh adanya anthocianin tergantung
pada faktor : konsentrasi, pH media, keberadaan pigmen lain.
• Konsentrasi rendah menyebabkan warna tidak merah tetapi
ungu.
• Pada pH rendah berwarna merah, pH netral berwarna biru, dan
pH tinggi berwarna putih.
• Keberadaan pigmen lain sering menutupi warna yang disebabkan
oleh pigmen anthocianin  co-pigmentation.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Pigmen
1. Kultivar
2. Laju pematangan
Ethepon mempercepat pematangan dan per-
kembangan warna.
3. Cahaya
4. Temperatur
5. Nutrisi/hara
Kelebihan N dan/atau kekurangan P menurunkan
sintesis anthocianin.

Temperatur
• Cool nights (2-5oC) followed by warm, sunny days
promotes anthocyanin synthesis.
2. Kekerasan (Firmness)

matang disebabkan oleh adanya perubahan komposisi
dinding sel, dari keras (firmness) berubah menjadi
lunak.
 Terjadinya keempukan disebabkan karena pektin yang
tidak larut (protopektin) menurun jumlahnya berubah
menjadi pektin yang larut.


3. PATI
• Tanaman sering menyimpan pati dalam buah-buahan untuk
persediaan bahan energi, dan pada saat pematangan pati akan
dirombak/dipecah menjadi gula.
Perubahan pati dalam buah
1. Buah dengan kandungan pati tinggi
Pada apel, sewaktu dipanen kadar patinya sudah rendah, dan
pati yang tinggal sedikit itu lepas panen akan habis.

Pada pisang, pada waktu dipanen masih mempunyai kandungan
pati 20 - 30%. Setelah 4 -8 hari kemudian kandungan pati
menurun sekitar 4% dan setelah 12 hari disimpan turun 4%.
2. Buah dengan kandungan pati rendah
Pada buah-buahan kelompok ini tidak banyak
perubahan kandungan patinya setelah buah
matang/dipanen.
Contoh : jeruk, alpokat, arbei, persik. 2. Buah dengan kandungan pati rendah
Pada buah-buahan kelompok ini tidak banyak
perubahan kandungan patinya setelah buah
matang/dipanen.
Contoh : jeruk, alpokat, arbei, persik.

Perubahan kandungan gula
• Perubahan meliputi tiga macam gula, yaitu : glukosa,
fruktosa, dan sukrosa.

1. Buah dengan kandungan pati tinggi
Secara teoritis, bila pati dipecahkan akan menjadi
glukosa (gula) dan karena itu kandungan gula akan naik.
Tetapi pada kenyataannya, kandungan gula tidak
berubah.
TANNIN
• Merupakan senyawa fenol kompleks, kelompok senyawa polifenol
yang mempunyai sifat dapat menyamak kulit.
• Berdasarkan dapat tidaknya dihidrolisa, tannin dibagi menjadi
dua yaitu “hydrolisable tannin” dan “ condensed tannin”.
• Tannin memberikan rasa “sepet” (astringency), sehingga buah
yang kandungan tannin tinggi rasanya “sepet”.
• Tannin juga merupakan senyawa “growth inhibitor”.
• Pada tanaman, letak dan jumlah tannin berbeda tergantung
pada jenis tanaman, umur, dan organ dari tanaman.

• Penurunan kandungan tannin dalam buah disebabkan oleh :
1. tannin terdegradasi
2. tannin dalam buah sudah tidak mampu mengendapkan protein.
• Kemampuan tannin mengendapkan protein yang hilang karena :
a. polimerasi, karena besarnya molekul yang berpolimer maka
tannin mengendap.
b. depolimerasi, tannin terpecah menjadi unit-unit yang lebih
kecil sehingga menjadi kurang reaktif.
c. oksidasi tannin, menghasilkan senyawa yang berwarna coklat
dan tidak kuat lagi mengendapkan protein.
PANEN & PENANGANAN PASCA PANEN
Pengertian Pemanenan
• Upaya memisahkan atau mengambil bagian tanaman yang
memiliki nilai ekonomi dari tanaman induknya.
• Salah satu tahapan dari proses produksi buah yang akan
menentukan hasil.
• Hal penting yang harus diperhatikan adalah :
a. Waktu panen
b. Cara panen
c. Penanganan pasca panen WAKTU PANEN
• Tingkat kematangan buah pada saat panen akan sangat
menentukan kuantitas dan kualitas hasil serta sangat
berpengaruh pada penanganan pasca panen buah tersebut.
• Waktu panen ditentukan oleh JENIS BUAH dan PEMANFAATAN
BUAH PASCA PANEN.
• Indikator/penanda yang dapat digunakan untuk penentuan
waktu panen yang tepat: indikator visual, indikator fisik,
indikator kimiawi, indikator fisiologis, komputasi. • Menurut Pantastico (1986) untuk menentukan waktu
panen dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Secara visual, dengan melihat warna kulit dan ukuran buah,
adanyasisa tangkai putik, mengeringnya tepi daun tua dan
mengeringnya tubuh tanaman.
b. Secara fisik, dilihat dari mudah atau tidaknya buah terlepas dari
tangkai dan berat jenisnya.
c. Secara analisis kimia, diukur kandungan zat padat, zat asam,
perbandingan zat padat dan zat asam serta kandungan pati.
d. Secara fisiologis dengan melihat laju respirasinya.
e. Secara perhitungan, dihitung jumlah hari setelah bunga mekar
dalam hubungannya dengan tanggal berbunga.
Indikator Visual
• Paling banyak dipergunakan pada
pemanenan komoditas buah.
• Indikator yang dipakai seperti perubahanwarna, ukuran, terben-tuknya daerah absisi pada tangkai buah dan lain-lain
• Sifat sangat subyektif, karena
keterbatasadariindrapenglihatan manusia.
• Seringsalah:pemanenan
dilakukan terlalu muda/awal atau terlalu tua/sudah lewat panen.
Indikator Fisik
• Indikatornya: mudah tidaknya buah dilepaskan
dari tangkai buah (fruit removal force/FRF), uji
ketegaran buah (penetrometer, Magness-Taylor
atau Effegi pressure testers).
• Uji ketegaran buah lebih obyektif, karena dapat
dikuantitatifkan.
• Prinsip: buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya
tekanan yang diperlukan untuk menusuk buah
menunjukkan ketegaran buah (tekstur buah).
• Semakin besar tekanan yang diperlukan berarti
buah semakin tegar (keras), atau ketahanan
terhadap tekanan semakin menurun dengan
semakin bertambahnya kematangan buah.
Indikator Kimia
• Indikator pengamatan: kandungan zat padat terlarut, kandungan asam, kandungan pati, kandungan
gula.
• Metode analisis kimia lebih obyektif dari pada visual, karena terukur.
• Dasarnya: terjadinya perubahan biokimia selama proses
pemasakan dan pematangan buah.
• Perubahan yang sering terjadi: pati menjadi gula, menurunnya kadar asam, meningkatnya zat padat terlarut.
Indikator Fisiologis
• Indikator utama: laju respirasi
• Sangat baik diterapkan pada
buah klimakterik(kurangcocokpada buah nonklimakterik)
• Saat buah mencapai fase akhir kemasakan, respirasi buah mencapai klimakterik (paling tinggi)
• Berarti: kalau laju respirasi suatu komoditas sudah
mencapai klimakterik, siap dipanen.

Komputasi

• Yang dihitung: unit panas atau jumlah dari suhu rata-rata
harian selama satu siklus hidup tanaman (derajad hari)
mulai dari penanaman sampai masak fisiologis dan jumlah
hari setelah berbunga.
• Dasarnya: buah-buahan membutuhkan sejumlah panas
tertentu untuk masak (mature) atau matang (ripen).
• Jumlah hari setelah berbunga penuh sampai buah siap
panen bervariasi antar spesies dan varietas, bervariasi
dari tahun ke tahun karena faktor vigor tanaman, umur
tanaman, cekaman air dan panas
Cara Panen
• Pemanenan dapat dilakukan secara manual atau secara
mekanis (semimekanis).
• Pada umumnya, pemanenan buah dilakukan secara manual
yakni dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau
atau gunting pangkas (secateur).
PENGELOLAAN PASCAPANEN

• Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan
jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen
yang tepat supaya susut kuantitas dan kualitas buah dapat
diminimalkan.
• Buah-buahan kebanyakan dikonsumsi dalam keadaan segar
sehingga perlu penanganan pasca panen yang ekstra
supaya tetap segar.
• Perlakuan utama dalam pasca panen: tujuannya
menghambat laju transpirasi dan respirasi dari komoditas,
mencegah serangan mikroor
• Jaringan hidup: menjalankan aktifitas fisiologis yaitu transpirasi dan
respirasi
• Transpirasi: menyebabkan hilangnya air dari komoditas,
berpengaruh terhadap kesegaran/kerenyahan komoditas
• Respirasi: menyebabkan berkurangnya cadangan makanan (dalam
bentuk pati, gula, dll) dalam komoditas, mengurangi rasa dari
komoditas (terasa hambar), memacu senescence komoditas,
memacu pembusukkan
• Semakin panjang proses penanganan ataupun penundaan
penanganan akan mengakibatkan kehilangan dan kerusakan seperti
susut bobot, pembusukan serta penurunan nilai gizi yang semakin
besar
Penyebab Kehilangan Pascapanen

• Kerusakan mekanis (mechanical injury)
Buah-buahan segar sangat rentan terhadap kerusakan mekanis karena memiliki
tekstur yang lembut dan mengandung kadar air relatif tinggi.
• Hama dan penyakit (parasitic disease)
Pada umumnya serangan jamur dan bakteri adalah penyebab utama susut pada
buah-buahan pascapanen. Mikroorganisme dengan mudah menyerang buah dan
menyebar dengan cepat.
• Penurunan sifat fisiologis
Buah setelah dipanen jaringannya masih tetap hidup dan akan terus melakukan
aktivitas fisiologisnya. Kerusakan fisiologis ini dapat terjadi karena kekurangan
zat-zat mineral, kerusakan akibat suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai pada ruang penyimpanan seperti
kelembaban yang tinggi

StrategIPenanganan
Kehilangan Pascapanen
• Kualitas buah Seberapa bagus penanganan panen dan pascapanen pada buah jika tidak
didukung dengan kualitas buah yang baik, susut produk tidak akan dapat
diminimalisasikan.
• Sentra pengemasan (packing stations)
Packing stations atau packing house memiliki peranan yang penting. Buah
dari kebun dilakukan perlakuan pendahuluan seperti pencucian
(precooling), pemotongan tangkai dan pembersihan lainnya lalu diangkut
ke packing stations. Fungsi dari packing stations ini adalah melakukan
sortasi, grading buah berdasarkan kualitas pemasaran lalu buah dikemas
sesuai dengan tujuan pemasarannya seperti karton, keranjang plastik
atau juga peti kayu.
• Sistem transportasi buah
- Transportasi buah harus dilakukan dengan cepat.
- Dalam perjalanan ke tempat pemasaran, buah biasanya diletakkan pada
kontainer yang kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban) telah diatur sesuai
dengan waktu perjalanan.
- Kerusakan mekanis akibat gunjangan dan tumpang tindih buahan juga harus
diperhatikan.
• Cold/cool chain
Tujuan perlakuan cold/cool chain ini menjaga buah agar tetap segar dan berada
dalam kondisi mutu yang bagus, oleh karena itu rantai pendingin harus tetap
dijaga selama pendistribusian buah, dimulai setelah buah dipanen sampai pada
saat buah dipasarkan
Rangkaian Penanganan Pascapanen
• Pencucian
Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan buah dari kotoran
(tanah atau benda-benda asing lainnya) dan residu pestisida.
Proses pencucian dilakukan dengan air mengalir untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit pada buah.
Penggunaan deterjen pada dosis tertentu dapat membersihkan
lebih sempurna, sehingga penampakan buah akan menjadi lebih
besih.
Setelah selesai pencucian, buah dikeringkan untuk
menghilangkan akses air dengan cara diangin-anginkan dalam
hamparan atau mengalirkan uap panas
• Precooling
Suhu yang tinggi bersifat merusak mutu simpan buah-buahan.
Precooling adalah suatu proses untuk menurunkan suhu buah
segera setelah proses pemanenan, terutama bila pemanenan
dilakukan pada saat siang hari.
Precooling juga dapat menurunkan proses respirasi buah,
kepekaan terhadap mikroba dan dapat mengurangi jumlah air
yang hilang.
Precooling mutlak dilakukan dalam pelaksanaan sistem
transportasi rantai dingin (cold/cool chain).
• Sortasi dan Grading
Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan komoditas yang
dipanen dalam bentuk normal dan baik (tidak mengalami kerusakan
fisik).
Sortasi dilakukan setelah panen pada ruangan yang beratap dengan
sirkulasi udara yang baik, bungkus dibuka dengan hati-hati.
Seteleh proses sortasi, dilanjutkan dengan pengelompokan buah
(grading) menurut ukuran dan fase masak
• Pelilinan Buah
Buah-buahan pada umumnya mempunyai lapisan lilin alami pada
permukaan kulitnya, yang sebagian dapat hilang dalam proses
pencucian.
Pelilinan dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan.
Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak
tertutup rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik pada kulit
buah dapat dicegah.
Jenis lilin yang digunakan adalah emulsi lilin-air, yang dalam
penggunaannya dicampur dengan fungisida untuk mencegah
pembusukan pada buah. Aplikasi pelilinan pada buah-buahan dapat
dengan cara pennyelupan, penyemprotan dan pembusaan
Pengemasan
Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi
buahan adalah (1) sesuai dengan sifat buah yang akan dikemas
dan (2) mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari
resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kemasan yaitu
jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang
diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur dan pola susunan
produk dalam kemasan, permintaan waktu, jarak dan keadaan
jalan yang akan dilintasi.
• Kemasan buah dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu:
kemasan transportasi dan kemasan retail.
1. Kemasan transportasi, dibagi dalam dua jenis yaitu: kemasan rigid (kemasan
kaku) dan kemasan fleksibel.
Kemasan rigid akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap produk
yang dikemas. Kekakuannya tinggi sehingga penumpukan dapat lebih tinggi. Bisa
dipakai satu kali atau berulang kali. Contoh kemasan rigid adalah peti kayu dan
kardus karton.
Kemasan fleksibel mempunyai bobot yang ringan dan volume produk yang
terkemas dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen, contohnya adalah
kemasan plastik dan kantong jaring.
Kemasan ini cocok untuk pemasaran buah di pasar-pasar tradisional dan
umumnya tidak menempuh perjalanan yang jauh
2. Kemasan retail, merupakan kemasan eceran atau kemasan yang
terakhir sampai pada konsumen, biasanya berupa laisan streofoam dan
plastik polyetilen