Giberelein
memacu pertumbuhan tumbuhan
Di antara
hormon tumbuhan yang dikenal, giberelin mempunyai kemampuan khusus memacu
pertumbuhan tumbuhan pada banyak spesies, terutama tumbuhan kerdil atau
tumbuhan dwitahunan yang berada dalam fase roseta. Dengan beberapa pengecualian,
giberelin biasanya lebih banyak menorong pemanjangan batang utuh daripada potongan batang, sehingga efeknya berlawanan
dengan efek auksin. Demonstrasi pemanjangan yang disebabkan oleh suatu
bahan-larut dalam eter yang diesktrak dari biji kacang-kacangan, dilakukan
pertama kali oleh John W Mitchell (1951). Mereka tidak begitu yakin tentang apa
yang meyebabkan pemacuan pertumbuhan yang tidak lazim tersebut, namun berhasil
menunjukkan bahwa IAA bukanlah penyebabnya. Sekarang kita mengetahui bahwa biji
kacang-kacangan dan banyak diamati Mitchel sama dengan yang disebabkan oleh
giberelin.
Sebagian
besar tumbuhan dikotil dan beberapa monokotil memberikan respons dengan cara
tumbuh lebih cepat ketika diberi perlakuan giberelin, namun beberapa spesies
dari suki Pinaceae memperlihatkan sedikit respons pertumbuhan terhadap GA3
atau tidak ada respons sama sekali (Pharis dan Kuo, 1977). Sebaliknya,
tumbuhan tersebut menunjukkan respons yang baik terhadap campuran GA4 dan
GA7 (Pharis dkk, 1989). Kubis dan spesies lainya yang berbentuk
roseta, artinya yang mempunyai ruas pendek, kadang tumbuh sampai setinggi 2 m
dan kemudian berbunga setelah diberi GA3 , sedangkan tumbuhan yang
tidak diberi perlakuan tetap pendek. Tumbuhan kacang semak bisa menjadi tinggi
menjalar ke atas, dan mutan genetik kerdil pada padi, jagung, dan kacang kapri
menjadi berfenotipe tinggu seperti ciri varietas yang normal, bila diberi GA3
. Semangka, mentimun air, dan mentimun memanjang paling cepat responya
terhadap giberelin.
Kacang
kapri kerdil peka terhadp GA3 pada konsentrasi sekecil 10-9 gram
( 1 nano gram), sehingga pertumbuhannya sejak lama digunakan sebagau baha uji
biologi giberelin. Padi kerdil (kultivar Tanginbou) bahkan menunjukkan respons
terhadap 3,5 pikogram (3,5x10-12 g) GA3 (Nishijima dan
Katsura, 1989). Ulasan tentang kerdil pada tumbuhan dalam hubunganya dengan
giberelin telah ditulis oleh Reid (1987, dan 1990), Heddem dam Lenton (1988).
Lima macam tanaman jagung kerdil tumbuh
setinggi tumbuhan normal lainya setelah diberi giberelin. Kajian Bernard O
Phinney, J MacMillan (1987) menunjukkan bahwa hanya GA1 yang
mengendalikan pemanjangan batang pada jagung dan bahwa semua mutan kerdil tidak
memiliki enzim mengubah untuk mengubah giberelin lain menjadi GA1 .
Pertumbuhan beberapa kultivar hibrid jagung yang menunjukkan heterosis tidak
begitu terpacu oleh giberelin, sebab hibrid ini diduga mengandung cukup GA1
untuk pertumbuhanya (Rood dkk, 1988). Namun tumbuhan memang bereaksi
terhadap GA3 dengan cara memanjang lebih cepat. Banyak bukti kini
menunjukkan bahwa GA1 merupakan giberelin utama yang dibutuhkan
untuk pemanjangan kacang kapri, tomat, padi, dan beberapa kultivar gandum yang
kerdil. Kalaupun GA3 atau giberelin lain memacu pemanjangan tumbuhan
kerdil, barang kali dengan cara diubah dahulu menjadi GA1.
Sebagian
besar spesies meungkin membutuhkan GA1 untuk memanjangkan batangnya
walaupun pada banyak kasus, adanya hormon itu saja tidak cukup. Banyak tanaman
peka terhadap giberelin juga ditemui pada jagungm kapri dan gandum
(Reid,1990 dan Scott,1990). Mutan ini
tampaknya memiliki tingkat GA1 yang cukup memadai, tapi tak mampu
menunjukkan respons terhadap GA1. Di antara beberapa kemungkinan
alasanya, ketiadaan protein penerima merupakan kemungkinan yang jelas yang
sedang diteliti. Beberapa kultivar gandum kerdil dan setengah kerdil
menunjukkan respons yang baik terhadap pemupukan dengan meingkatkan hasil
bulirnya, dan kultivar ini kini digunakan dalam berbagai percobaan pemuliaan
tanaman.
No Response to "Giberelin memacu pertumbuhan tumbuhan "
Post a Comment