AGROTEKNOLOGI

Fisiologi Tumbuhan

product

^_^

fisiologi | Hormon

Berbagi Ilmu

product

^_^

Detail | Add to cart

Ilmu Alam

product

^_^

Detail | Add to cart

PERTANIAN ORGANIK BUDIDAYA BAWANG MERAH ORGANIK

PETUNJUK PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK
BUDIDAYA BAWANG MERAH ORGANIK


PENDAHULUAN
     Pertanian organik adalah sistem pengelolaan produksi yang bersifat ekologis, yang mendorong keanekaragaman hayati, siklus biologis, dan aktivitas biologis tanah. Pertanian organik didasarkan pada input off-farm yang minimal, dan pada praktek-praktek pengelolaan yang menyimpan, menjaga, dan mendorong keharmonisan ekologis. Filosofinya adalah kesehatan manusia itu terikat erat pada kesehatan lingkungan.
Prinsip-prinsip pertanian organik adalah keanekaragaman hayati (biodiversitas), diversifikasi dan integrasi, keberlanjutan (sustainability), nutrisi tumbuhan alami, pengelolaan hama alami, dan integritas. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan produk yang sehat, dengan seminimal mungkin menggunakan input energi, dan berprinsip ramah lingkungan.
Menurut laporan the International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) 2004, lebih daripada 24 juta ha tanah pertanian dikelola dengan sistem organik di seluruh dunia. Pasar produk-produk organik sekarang didominasi oleh Eropa dan Amerika. Nilai pasar produk organik pada 2002 adalah 23 milyar dolar Amerika dan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada praktikum ini, ingin dipelajari prinsip-prinsip pertanian organik dengan mempraktekkan sistem pengelolaan organik pada budidaya bawang merah. Agar lebih dipahami oleh praktikan, akan dibandingkan antara budidaya bawang merah secara organik dan secara konvensional.

CARA PELAKSANAAN
I. Praktek budidaya bawang merah secara konvensional
A. Pemilihan dan penyiapan bibit bawang merah bibit bawang merah
Bibit yang dipilih mempunyai ciri-ciri warna mengkilat, kompak/tidak keropos, kulit tidak luka dan telah disimpan 2-3 bulan setelah panen, dengan bobot rata-rata 3-4 g/umbi. Untuk mengurangi infestasi patogen yang dapat terbawa bibit, umbi dapat direndam dalam klorok 1% selama 1-1,5 menit, dicuci dengan air, dan ditiriskan. Ujung umbi dipotong untuk mempercepat dan menyeragamkan pertumbuhan sebelum umbi ditanam. Dalam praktikum akan digunakan varietas Kuning.

B. Penyiapan lahan dan pemupukan
Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 20 cm sampai gembur. Dibuat bedengan dengan lebar 1.5 m, panjang 3 m, dan tinggi 25 cm. Jarak tanam bawang merah yang digunakan 25 x 25 cm.. Jika pH tanah kurang dari 5.6, dilakukan pengapuran dengan menggunakan kaptan atau dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1-1.5 ton/ha. Pupuk dasar diberikan 1 minggu sebelum tanam yaitu 200 kg/ha TSP. Pupuk disebar dan diaduk rata sedalam lapisan olah. Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, KCl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.

C. Penanaman dan pemeliharaan
Umbi bibit ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Penyiraman dilakukan sesuai dengan umur tanaman yaitu umur 0-10 hari, 2 x/hari (pagi dan sore hari), umur 11-35 hari, 1 x/hari (pagi hari), dan umur 36-50 hari, 1 x/hari (pagi atau sore hari). Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan dan dilakukan secara fisik mekanik, kultur teknis, biologis, dan bila perlu dengan secara kimiawi.

II. Praktek budidaya bawang merah secara organik
A. Pemilihan dan penyiapan bibit bawang merah bibit bawang merah
Pemilihan dan penyiapan bibit dilakukan seperti pada budidaya bawang merah secara konvensional.
B. Penyiapan lahan dan pemupukan
Penyiapan lahan dilakukan sama seperti pada cara budidaya konvenisonal tetapi tidak dilakukan pemupukan dengan pupuk sintetik kimiawi. Pemupukan hanya menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dengan dosis 25 ton/ha.
C. Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman dan pemeliharaan dilakukan sama seperti cara budidaya konvensional. Untuk mengendalikan penyakit, terutama penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxyspourm f. sp. cepae dilakukan secara biologis dengan pemberian agens hayati berupa Fusarium oxyspourm f. sp. cepae avirulen yang sudah diformulasikan dengan bahan pembawa zeolit. Dosis yang digunakan adalah 40 kg formulasi/ha atau 18 g/petak (ukuran


petak yang digunakan adalah 4,5 m2). Hama dan penyakit yang lain dikendalikan dengan cara non-kimiawi.

III. Praktek budidaya bawang merah secara semi-organik
A. Pemilihan dan penyiapan bibit bawang merah bibit bawang merah
Pemilihan dan penyiapan bibit dilakukan seperti pada budidaya bawang merah secara konvensional.
B. Penyiapan lahan dan pemupukan
Penyiapan lahan dilakukan sama seperti pada cara budidaya konvenisonal. Dosis pupuk organik (pupuk kandang) sebagai pupuk dasar adalah setengah dosis pada praktek pertanian organik yaitu 12,5 ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan adalah 1 minggu sebelum tanam yaitu 100 kg/ha TSP. Pupuk disebar dan diaduk rata sedalam lapisan olah. Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah Urea 50 kg/ha, ZA 125 kg/ha, KCl 50 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.
C. Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman dan pemeliharaan dilakukan sama seperti cara budidaya konvensional. Penggunaan pestisida kimia didasarkan pada kondisi serangan OPT di lapangan.

D. Pengamatan
1. Intensitas Penyakit Moler
Intensitas penyakit moler dihitung setiap minggu mulai minggu kedua setelah tanam sampai dengan minggu keenam setalah tanam. Intensitas penyakit dihitung dengan rumus:
A
IP = ----------- x 100%
B
dengan IP = intensitas penyakit, A = jumlah tanaman yang menunjukkan gejala moler, dan B = jumlah tanaman per petak.
2. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung setiap minggu mulai minggu kedua sampai minggu keenam setelah tanam pada 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak.
3. Tinggi tanaman


Tinggi tanaman diukur setiap minggu mulai minggu kedua sampai dengan minggu keenam setelah tanam pada 10 tanaman contoh yang ditentukan secara acak.
4. Jumlah umbi per rumpun
Jumlah umbi per rumpun dihitung setelah panen terhadap 10 tanaman contoh.
5. Diameter umbi
Diameter umbi diukur setelah panen terhadap umbi pada 10 tanaman contoh.
6. Bobot umbi per rumpun
Bobot umbi per rumpun ditimbang setelah panen dari 10 tanaman contoh.
7. Bobot total umbi
Bobot total umbi ditimbang setelah panen untuk setiap petak percobaan.


Dosis pemupukan
A. Budidaya konvensional
Pupuk dasar : 200 kg/ha TSP  90 g/petak
Pupuk susulan I dan II : 100 kg Urea/ha  45 g/petak
250 kg ZA/ha  112,5 g/petak
100 kg KCl/ha  45 g/petak

B. Budidaya semi-organik
Pupuk dasar : 12,5 ton pupuk kandang  5,625 kg/petak
100 kg/ha TSP  45 g/petak

Pupuk susulan I dan II : 50 kg Urea  22,5 g/petak
125 kg ZA/ha  56,25 g/petak
50 kg KCl/ha  22,5 g/petak

No Response to "PERTANIAN ORGANIK BUDIDAYA BAWANG MERAH ORGANIK"

Post a Comment